Pohon itu tumbuh di tengah alun-alun desa. Besar, kokoh, tinggi dan menjulang rindang, saat itu aku belum sekolah kira-kira seusia taman kanak-kanak karena memang aku tidak mengenyam bangku TK alias langsung SD. Rumahku yang tidak jauh dari alun-alun desa memungkinkan aku sering bermain di sekitaran alun-alun desa itu sekedar memungut buah beringin yang kecil-kecil dan masak, atau naik pada batang beasarnya yang membentuk celah luas seperti goa pada percabangan dahan utamanya rasanya dulu rongga celah tu cukup luas untuk dimasuki aku yang masih anak-anak. Dan dulu di antara akar-akarnya yang menonjol keluar di bawah batang besarnya ada sebuah Batu Buyut yang merupakan batu arca peninggalan nenek moyang (disinyalir merupakan peninggalan jaman polenesia atau megalitik ) batu yg dipahat berbentuk arca pemujaan yang bentuknya menyerupai sosok manusia yang samar, Dahulu jika kami mau melangkahi atau menginjaknya sebagai tumpuan untuk memanjat ke dalam celah rongga percabangan da
Jernih Airnya Dapat Ikannya