Udara Madinah awal tahun ini sepertinya sedang dingin dinginnya, anginnyapun begitu kencang menerpa badan hingga menembus sumsum tulang cukup membuatku yg asal domisilinya dari Pekanbaru menggigil kedinginan.
Menjelang shubuh itu aku bersama teman sekamar mulai bergegas keluar hotel untuk pergi ke masjid sebelum adzan pertama dikumandangkan, sangat senangnya karena jarak hotel tempat menginapku tidak jauh dari masjid, hanya dua kali melintasi jalan lalu melangkah 50 meter diatas trotoar pertokoan terus menyeberang jalan berupa perlintasan zebra cross maka akan sampai dipintu gerbang no.15 pelataran masjid Nabawi.
Pemandangan setiap shubuhnya dari lorong lorong jalan hingga
Pelataran masjid selalu ramai jemaah dengan berbagai macam perawakan dan rupa rupa wajah mewakili ragam macam ras manusia seluruh dunia, hitam, putih, kuning, coklat, sipit, belo, mancung maupun pesek dan semua dipastikan adalah saudara muslimku karena ini tanah haram dalam pikirku penuh kagum dan bangga.
Sisi lain yg juga menarik perhatianku para petugas kebersihan masjid shubuh itu tampak sibuk dengan tugasnya sebagian diantaranya tampak berdiri mematung dibeberapa titik pelataran, di dekat pintu serta koridor masjid sambil tersenyum sopan memperlihatkan giginya yg putih rapih dari wajahnya yang kebanyakan wajah wajah India atau mungkin Bangladesh.
Semakin hari jemaah jiarah masjid Nabawi terasa bertambah ramai saja yang datang, Dari pelataran halaman hingga ke dalam masjid para jamaah sudah banyak berjajar mengisi shaf sholat, aku bersama teman tetap masuk ke dalam masjid menyusuri lorong koridor bertekad bisa memasuki kembali area roudhoh.
Sangat disesali untuk bisa shubuh di dalam roudhoh sepertinya masih kurang gercap dan dini lagi perginya, dimana pintu ke roudhoh sudah dipasang tali tali pembatas dan banyak para askar kerajaan Saudi berjaga menandakan area roudhoh sudah penuh.
Akhirnya aku segera mencari shaf yg kosong ada disamping pilar tak jauh dari bilik yg jadi pembatas taman taman surga itu ya diantara mimbar masjid dan rumah Rasulullah dahulunya sekarang adalah pusaranya.
Segera ku mengerjakan tahiyatul masjid dan memulai rakaat demi rakaat sholat tahajud ada aura yang berbeda dimana suasana masjid terasa lebih khidmat, desiran zikir dan curahan do'a do'a bersama sholat nya menjadi begitu terasa sangat nikmat.
Aku benar benar meleleh isak tangispun tak terbendung mengalir begitu saja, ragam permohonan permintaan kumunajatkan kepada Allah ditambah rasa haru bahagia berada di masjid nabawi, di bumi madinah yg memendam jasad Rasulullah ini semakin membuncahkan tangisan tumpah ruah kerinduan.. Assalamualaika ya Rasulullah.. Assalamualaika ya nabiyullah.. assalamualaika ya habibballah..
... ...
Akupun semakin larut dalam kesedihan karena shubuh ini akan menjadi shubuh perpisahan meninggalkan kota madinah al munawaroh. Seiring hasrat ku selipkan kembali harapan dalam do'a yg menjadi cita cita semoga Allah berikan keberkahan rizki dan umurku untuk bisa datang kembali ke tanah suci ini aamiin ya robbal alamiin.
Menjelang shubuh itu aku bersama teman sekamar mulai bergegas keluar hotel untuk pergi ke masjid sebelum adzan pertama dikumandangkan, sangat senangnya karena jarak hotel tempat menginapku tidak jauh dari masjid, hanya dua kali melintasi jalan lalu melangkah 50 meter diatas trotoar pertokoan terus menyeberang jalan berupa perlintasan zebra cross maka akan sampai dipintu gerbang no.15 pelataran masjid Nabawi.
Pemandangan setiap shubuhnya dari lorong lorong jalan hingga
Pelataran masjid selalu ramai jemaah dengan berbagai macam perawakan dan rupa rupa wajah mewakili ragam macam ras manusia seluruh dunia, hitam, putih, kuning, coklat, sipit, belo, mancung maupun pesek dan semua dipastikan adalah saudara muslimku karena ini tanah haram dalam pikirku penuh kagum dan bangga.
Sisi lain yg juga menarik perhatianku para petugas kebersihan masjid shubuh itu tampak sibuk dengan tugasnya sebagian diantaranya tampak berdiri mematung dibeberapa titik pelataran, di dekat pintu serta koridor masjid sambil tersenyum sopan memperlihatkan giginya yg putih rapih dari wajahnya yang kebanyakan wajah wajah India atau mungkin Bangladesh.
Semakin hari jemaah jiarah masjid Nabawi terasa bertambah ramai saja yang datang, Dari pelataran halaman hingga ke dalam masjid para jamaah sudah banyak berjajar mengisi shaf sholat, aku bersama teman tetap masuk ke dalam masjid menyusuri lorong koridor bertekad bisa memasuki kembali area roudhoh.
Sangat disesali untuk bisa shubuh di dalam roudhoh sepertinya masih kurang gercap dan dini lagi perginya, dimana pintu ke roudhoh sudah dipasang tali tali pembatas dan banyak para askar kerajaan Saudi berjaga menandakan area roudhoh sudah penuh.
Akhirnya aku segera mencari shaf yg kosong ada disamping pilar tak jauh dari bilik yg jadi pembatas taman taman surga itu ya diantara mimbar masjid dan rumah Rasulullah dahulunya sekarang adalah pusaranya.
Segera ku mengerjakan tahiyatul masjid dan memulai rakaat demi rakaat sholat tahajud ada aura yang berbeda dimana suasana masjid terasa lebih khidmat, desiran zikir dan curahan do'a do'a bersama sholat nya menjadi begitu terasa sangat nikmat.
Aku benar benar meleleh isak tangispun tak terbendung mengalir begitu saja, ragam permohonan permintaan kumunajatkan kepada Allah ditambah rasa haru bahagia berada di masjid nabawi, di bumi madinah yg memendam jasad Rasulullah ini semakin membuncahkan tangisan tumpah ruah kerinduan.. Assalamualaika ya Rasulullah.. Assalamualaika ya nabiyullah.. assalamualaika ya habibballah..
... ...
Akupun semakin larut dalam kesedihan karena shubuh ini akan menjadi shubuh perpisahan meninggalkan kota madinah al munawaroh. Seiring hasrat ku selipkan kembali harapan dalam do'a yg menjadi cita cita semoga Allah berikan keberkahan rizki dan umurku untuk bisa datang kembali ke tanah suci ini aamiin ya robbal alamiin.
Comments