Skip to main content

Legenda Wilanagara


Tugu Gerbang Puser Dayeuh. (sumber foto:Asep Sudiana)
Wilanagara adalah sebuah nama desa yang terletak di timur kawasan Jawa Barat, atau tepatnya desa yang berada di wilayah pemerintahan kecamatan Luragung kabupaten Kuningan.

Membahas sebuah tempat ada yang menarik biasanya adalah mengenai asal-usul namanya, yang biasanya berlatar belakang sejarah legenda atau mitos dari cerita orangtua dahulu yang terkadang dihubung-hubungkan supaya terdengar nyambung tak jauh dari namanya yang kadang secara ilmiah dari fakta sejarahnya tidak ada hubungannya, namun walau begitu legenda merupakan hasil budaya yang perlu juga untuk diapresiasi karena sebetulnya sarat  pesan dan symbol untuk memberi motivasi dan warna hidup suatu masyarakat atau  setidaknya bisa jadi dongeng untuk "ngabobodo anu Cengeng" istilah Sundanya.

begitupun dengan nama Wilanagara bagaimana sejarahnya seperti apa asal-usulnya? 

Asal-usul Wilanagara menurut beberapa Sumber bahwa dahulu  namanya adalah Walinagara sebelum akhirnya diubah menjadi Wilanagara, Wali berati Pemimpin dan Nagara artinya Negara yang legendanya dihubungkan  dengan sejarah para Wali Songo di tanah Jawa dengan kisah bahwa di desa Wilanagara para Wali pernah mengadakan pertemuan atau istilah sekarangnya mungkin seperti  MUBES atau Rakor dewan Wali, dimana hal ini dikaitkan dengan keberadaan situs sejarah yang ada di Wilanagara berupa bangunan pundan berundak berukuran 3x2 meter persegi dengan tinggi 0,5 meter, ditambah bukti yang menariknya dahulunya disekitar situs tumbuh dengan rindangnya 9 pohon Kamboja seolah menjadi bukti prasasti hidup yang ditanam oleh masing-masing Wali mengingatkan kita pada trennya acara simbolis tanam pohon dalam acara kunjungan atau konfrensi para Pemimpin Dunia. Keberadaan situs ini sampai sekarang masih bisa dilihat walau sekarang sayang rehabnya sudah jauh dari bentuk aslinya sehingga lebih mirip bangunan kuburan panjang dan jumlah  pohon kambojanya pun tinggal satu, situs ini masih bisa dilihat dengan mudah karena berada di puser dayeuh (pusat Desa/alun-alun) lebih tepatnya di sebelah barat Masjid Agung Attaqwa.
Asep Sudiana, S.kom Kades Wilanagara (kades yg sedang menjabat sekarang) di depan masjid desa.

Adapun mitos-mitos lain menceritakan bahwa Wilanagara dahulunya adalah sebuah kerajaan kecil yang dipimpin oleh seorang wanita atau ratu yang terkenal dengan  Ratu Bangka hal ini berhubungan dengan sungai yang melintasi desa yang dikenal dengan Sungai Cibangka yang dihubungkan juga dengan kawasan Bakom yang tidak jauh dari Muara sungainya  yang bertemu dengan Sungai Cisanggarung atau masyarakat setempat menyebutnya sungai itu dengan Cigede Sungai terpanjang dan terbesar di Kuningan yang menjadi Batas Profinsi JABAR dan JATENG di pantura Jawa. Adapun nama Bakom asal katanya  dari makom atau makam yang mengartikan tempat yang menjadi pusat suatu daerah. itulah sebagian legenda sejarah Wilanagara yang tentunya punya symbol dan pesan tersendiri.

Sebagai simbol dan nilai pesan serta motivasi dari cerita mitos ini adalah bahwa Wilanagara atau Walinagara adalah Desa yang harus bisa menjadi kebangaan bagi warganya, dan menjadikan insfirasi serta motivasi untuk maju, mungkin bisa meniru Jepang yang notabene adalah negara maju, namun mitos sebagai negri turunan dewa matahari itu telah menjadi motivasi tersendiri membentuk karakter manusia Jepang yang punya rasa percaya diri yang tinggi sehingga punya mental pejuang, atau lebih dekat mencontoh Urang Minang (Padang) yang mampu melahirkan banyak para pemimpin bangsa ini di era kebagkitan bangsa yang  ternyata dalam Tambo sejarahnya Urang Minang punya Mitos bahwa Minangkabau dipercayai adalah suatu kaum keturunan Alexander Agung atau dalam versi Islam dikenal dengan Iskandar Zulkarnaen, semoga saja bisa menajadi cerminan buat dulur salembur baraya sadesa, agar Urang Wilanagara bisa jadi para Wali Nagara atau pemimpin-pemimpin bangsa semoga terlahir nantinya harapan ini, Wilujeung . 
Kades diantara para pamong desa
dalam busana etnik Sunda
(sumber foto: Asep Sudiana)


(Yj Adin Sampurna wilanagara)

POSTINGAN LAIN :



            SITUS ZAKAT INFAQ SEDEKAH

Comments

Popular posts from this blog

Simpang Tanjung Alam dengan Beberapa Titiknya

Bagi anda yang berdomisili di Kota Bukittinggi dan sekitarnya tentu tidak asing lagi dengan namanya Simpang Tanjung Alam di kawasan Agam Timur, atau bagi anda yang sedang berencana melancong ke Bukittinggi dari arah Pekanbaru maka akan melewati simpang ini yang jaraknya  kurang lebih 3 KM sebelum masuk gerbang kota Bukittinggi. Anda boleh kenali beberapa titik yang bisa anda singgahi sekaligus 'nikmati'. Masjid Nurul Huda Masjid Nurul Huda Masjid ini sangat pas untuk disinggahi para pelancong yang sedang berada dalam perjalanan jalur Pekanbaru - Padang, letaknya memang tidak dipinggir jalan raya sedikit masuk sekitar 100 meter dari simpang empat arah ke kapau,kalau dari arah Padang atau Bukittinggi sebelah kiri posisinya sebaliknya sebelah kanan kalau dari arah Pekanbaru. Masjidnya bagus dan bersih, halamannya cukup luas untuk parkir,  toilet serta tempat wudhunya terawat dan yang terpenting tidak pernah kekeringan air.  Bubur Ayam Bandung Bubur Ayam B

Jalan HAMKA Bukittinggi

masjid jami tarok sumber foto www.panoramio.com Jalan Prof DR Hamka atau lebih dikenal dengan Jalan HAMKA di Kota Bukittinggi ini panjangnya hanya kurang lebih 2 KM saja, dimana ujung pangkal jalannya bersambung dengan dua jalan utama lainnya, ujungnya bertemu jalan Sutan Syahrir dan di pangkalnya bermuara di Jalan Soekarno Hatta. Dari persimpangan jalannya, setidaknya ada 3 Simpang utama yang strategis dan terkenal yang merupakan bagian dari jalan HAMKA : Simpang Mandiangin Simpang Landbow Simpang Tarok Simpang Mandiangin Pangkal jalan yg bermuara dengan jalan Soekarno Hatta adalah Simpang 4 dimana menghubungkan ke Pasar Bawah dan Pasar Banto, ke Mandiangin sendiri atau ke arah Gulai Bancah menuju Kantor Walikota dan satunya ke arah Tanjung Alam yang  merupakan jalur utama ke Kota Payakumbuh. Simpang Tarok adalah ujung jalan HAMKA yang bertemu Jl. Sutan Syahrir membentuk Simpang Tiga yang menghubungkan ke Pasar Aur Kuning dan ke Lapangan Kantin menuju Pusat Kota Bukit