Skip to main content

Mempersiapkan Diri untuk Mudik Hakiki

sumber gambar www.bintang.com
Sudah menjadi fenomena tahunan menjelang lebaran di negeri kita pasti akan disibukkan dengan urusan mudik. Lihat siaran di televisi, tengok berita di koran, sampai basa-basi teman dan saudara tidak lepas dari kalimat, “Lebaran ini mudik tidak? Sudah pesan tiket pulang?” Kini mudik seolah sudah menjadi urusan setiap orang.

Bahkan menurut pernyataan salah seorang tokoh nasional fenomena gelombang mudik hari raya Idul Fitri ini seperti memindahkan penduduk Negeri Jiran keluar dari wilayah negaranya. Betapa dahsyatnya yang tergambarkan hitungan perpindahan masyarakat dari kota seperti Jakarta yang pulang ke masing-masing kampung asalnya, hal ini juga yang menjadi urusan besar dan merepotkan pemerintah negeri ini setiap tahunnya.

Terlepas dari permasalahan di atas, mudik itu setidaknya menjadi hal yang penting. Bagi  setiap orang yang sedang merantau, mudik memang suatu kata yang menyentuh rasa dan mengugah pikiran. Hal tersebut wajar setiap insan punya fitrah bathin untuk rindu pada kampung asalnya kampung kelahiran yang telah membesarkannya, yang telah menyimpan banyak kenangan indah masa kanak-kanak.

Pada hakekatnya kita semua ini adalah sedang merantau. Rasa rindu pulang kampung adalah fitrah setiap orang secara tidak sadar yang kadang keluar memberi gambaran akan naluri hakiki manusia akan rindu pada Sang Khalik hanya sayangnya kebanyakan dari kita tidak  sampai memaknainya lebih dalam  kepada hakikat.

Manusia asalnya dari tanah dan akan kembali ke tanah atau tegasnya seperti dalam firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 156: “ ….Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada Allah kami kembali.”

Kita semua akan “mudik” karena kita semua pasti mati inilah mudik yang hakiki, hanya pertanyaannya sekarang sudah rindukah kita dengan kampung asal kita kampung akhirat yang abadi yang pasti kita akan datangi?Orang mudik akan bahagia ketika sudah sampai di kampungnya karena sebelumnya di negeri rantau sudah sangat kangen dan merindukan ingin pulang dengan berbagai rencana dan rekaan perjumpaan saat tiba di kampung halaman nantinya. Maka sudahkah kita merindui kampung akhirat dan kangen dengan perjumpamaan melihat wajah-Nya? Bukankah orang yang cerdas menurut Rasul adalah orang yang selalu mengingat kematian.

Ketika akan mudik tentu harus punya persiapan, harus punya perbekalan, agar lancar segala sesuatunya sampai tujuan nanti sehingga  sampai di kampung pun menjadi senang dan penuh percaya diri.

Begitupun mudik ke kampung akhirat kita harus menyiapkan bekal semakin matang dan banyak bekal yang kita bawa semakin baik tentunya, dan sebaik-baiknya bekal untuk pulang ke akhirat pastinya adalah taqwa, sebagaimana yang diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 197: “….berbekalah, dan sebaik-baiknya bekal itu adalah taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.”

sumber gambar www.koranperdjoeangan.com


Dan seolah menjadi momentum yang pas jika fenomena dan tradisi mudik tidak terlepas dalam suasana bulan puasa di mana bulan yang menjadi sarana yang disediakan untuk menjadi mukmin sejati dalam rangka meraih takwa untuk bekal mudik menuju kampung akhirat nanti.

Semoga fenomena mudik ini bisa menjadi refleksi yang membekas dalam setiap individu Muslim di negri ini untuk bisa diambil pesan hakikinya dan harapannya tidak hanya sebatas fenomena mudik saja tetapi setiap fenomena kehidupan ini untuk bisa menjadi itibar pada diri kita, seperti kisah seorang ahli hikmah yang ditanya seorang awam.

“Apa makna hidup menurut Anda?”“Hidup bagiku ketika aku bangun pagi dan sampai senja nanti aku tidur kembali, aku tidak tahu apakah aku akan bangun kembali keesokan harinya.”“Tapi bukankah semua orang juga tahu kalau semua orang akan mati ?”“Iya semua orang tahu, tapi tidak semua orang merasakannya.”

*) YJ Adin Sampurna

Comments

Popular posts from this blog

Simpang Tanjung Alam dengan Beberapa Titiknya

Bagi anda yang berdomisili di Kota Bukittinggi dan sekitarnya tentu tidak asing lagi dengan namanya Simpang Tanjung Alam di kawasan Agam Timur, atau bagi anda yang sedang berencana melancong ke Bukittinggi dari arah Pekanbaru maka akan melewati simpang ini yang jaraknya  kurang lebih 3 KM sebelum masuk gerbang kota Bukittinggi. Anda boleh kenali beberapa titik yang bisa anda singgahi sekaligus 'nikmati'. Masjid Nurul Huda Masjid Nurul Huda Masjid ini sangat pas untuk disinggahi para pelancong yang sedang berada dalam perjalanan jalur Pekanbaru - Padang, letaknya memang tidak dipinggir jalan raya sedikit masuk sekitar 100 meter dari simpang empat arah ke kapau,kalau dari arah Padang atau Bukittinggi sebelah kiri posisinya sebaliknya sebelah kanan kalau dari arah Pekanbaru. Masjidnya bagus dan bersih, halamannya cukup luas untuk parkir,  toilet serta tempat wudhunya terawat dan yang terpenting tidak pernah kekeringan air.  Bubur Ayam Bandung Bubur Ayam B

Legenda Wilanagara

Tugu Gerbang Puser Dayeuh. ( sumber foto:Asep Sudiana ) Wilanagara adalah sebuah nama desa yang terletak di timur kawasan Jawa Barat, atau tepatnya desa yang berada di wilayah pemerintahan kecamatan Luragung kabupaten Kuningan. Membahas sebuah tempat ada yang menarik biasanya adalah mengenai asal-usul namanya, yang biasanya berlatar belakang sejarah legenda atau mitos dari cerita orangtua dahulu yang terkadang dihubung-hubungkan supaya terdengar nyambung tak jauh dari namanya yang kadang secara ilmiah dari fakta sejarahnya tidak ada hubungannya, namun walau begitu legenda merupakan hasil budaya yang perlu juga untuk diapresiasi karena sebetulnya sarat  pesan dan symbol untuk memberi motivasi dan warna hidup suatu masyarakat atau  setidaknya bisa jadi dongeng untuk " ngabobodo anu Cengeng " istilah Sundanya. begitupun dengan nama Wilanagara bagaimana sejarahnya seperti apa asal-usulnya?  Asal-usul Wilanagara menurut beberapa Sumber bahwa dahulu  namanya adal

Jalan HAMKA Bukittinggi

masjid jami tarok sumber foto www.panoramio.com Jalan Prof DR Hamka atau lebih dikenal dengan Jalan HAMKA di Kota Bukittinggi ini panjangnya hanya kurang lebih 2 KM saja, dimana ujung pangkal jalannya bersambung dengan dua jalan utama lainnya, ujungnya bertemu jalan Sutan Syahrir dan di pangkalnya bermuara di Jalan Soekarno Hatta. Dari persimpangan jalannya, setidaknya ada 3 Simpang utama yang strategis dan terkenal yang merupakan bagian dari jalan HAMKA : Simpang Mandiangin Simpang Landbow Simpang Tarok Simpang Mandiangin Pangkal jalan yg bermuara dengan jalan Soekarno Hatta adalah Simpang 4 dimana menghubungkan ke Pasar Bawah dan Pasar Banto, ke Mandiangin sendiri atau ke arah Gulai Bancah menuju Kantor Walikota dan satunya ke arah Tanjung Alam yang  merupakan jalur utama ke Kota Payakumbuh. Simpang Tarok adalah ujung jalan HAMKA yang bertemu Jl. Sutan Syahrir membentuk Simpang Tiga yang menghubungkan ke Pasar Aur Kuning dan ke Lapangan Kantin menuju Pusat Kota Bukit