Skip to main content

Kisah Sejarah Ashabul Kahfi

Kisah Sejarah Ashabul Kahfi Lanjutan dari Imam Ali Menjawab

Ali Bin Abi Thalib Kemudian membetulkan duduknya, menekuk lutut ke depan perut, lalu ditopangnya dengan burdah yang diikatkan ke pinggang. lalu berkata : "Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasulullah kekasihku telah menceritakan kepadaku, bahwa kisah itu terjadi di negeri Romawi, di sebuah kota bernama Aphesus, atau disebut juga dengan nama Tharsus. tetapi nama kota itu pada zaman dahulu ialah Aphesus (Aphese). Baru setelah Islam datang kota itu berubah menjadi Tharsus (Tharse sekarang terletak diwilayah Turki). Penduduk negri itu dahulunya mempunyai seorang raja yang baik, setelah raja itu meninggal dunia, berita kematiaannya didengar oleh seorang raja Persia bernama Diqyanius. Ia seorang raja kafir yang amat congkak dan dzalim. Ia datang menyerbu negri itu dengan kekuatan pasukannya, akhirnya berhasil menguasai kota Aphesus. Olehnya kota itu dijadikan ibukota kerajaan, lalu dibangunlah sebuah Istana."

Baru sampai disitu, pendet Yahudi itu berdiri terus bertanya: "jika engkau benar-benar tahu, coba terangkan kepadaku bentuk istana itu, bagaimana serambi dan ruang-ruangannya!"

Ali Bin Abi Thalib menerangkan: "Hai saudara Yahudi, raja itu membangun Istana yang sangat mewah, terbuat dari batu marmer panjangnya satu farsakh (= kl 8 Km) dan lebarnyapun satu farshak. Pilar-pilarnya yang berjumlah seribu buah, semuanya terbuat dari emas, dan lampu-lampu yang berjumlah seribu buah juga terbuat dari emas. lampu-lampu itu bergelantungan pada rantai-rantai yang terbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sejenis minyak yang harum baunya. disebelah timur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak seratus buah, demikian pula disebelah baratnya. Sehingga matahari sejak mula terbit hingga terbenam selalu dapat menerangi serambi. raja itupun membuat singgasananya dari emas, panjangnya 80 hasta dan lebarnya 40 hasta. disebelah kanannya tersedia 80 buah kursi terbuat dari emas, untuk duduk para pepatih dan penguasa tinggi lainnya. Raja duduk di atas singgasananya dengan mengenakan mahkota di atas kepala."

Sampai disitu pendeta yang bersangkutan berdiri lagi dan berkata: "Jika engkau benar-benar tahu coba terangkan kepadaku dari apakah mahkota itu dibuat?"

"Hai saudara Yahudi, " kata Imam Ali menerangkan,  "mahkota raja itu dibuat dari kepingan-kepingan emas, berkaki 9 buah, dan disetiap kakinya bertaburan mutiara yang memantulkan cahaya laksana bintang-bintang menerangi kegelapan malam. Raja itu juga memiliki 50 orang pelayan, terdiri dari para anak-anak para hulu balang, semuanya memakai selempang dari sutera berwarna merah, celana mereka juga terbuat dari sutera berwarna hijau. Semuanya di hias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. masing-masing diberi tongkat terbuat dari emas, mereka harus berdiri dibelakang raja. Selain mereka raja juga mengangkat 6 orang, terdiri dari anak-anak para cendikiawan , untuk dijadikan mentri-mentri atau pembantunya. Raja tidak mengambil suatu keputusan apapun tanpa berunding lebih dulu dengan mereka. Enam orang pembantu itu senantiasa berada di kanan dan kiri raja, tiga orang berdiri di sebelah kanan tiga orang lainnya berdiri disebelah kiri ."

Pendeta yang bertanya itu berdiri dan berkata lagi: "Hai Ali, jika yang anda kataka itu benar, coba sebutkan nama enam orang yang menjadi pembantu-pembantu itu!"

Menanggapi Hal itu imam Ali menjawab.: "Kekasihku Muhammad Rasulullah menceritakan kepadaku bahwa Tiga orang yang berdiri disebelah kanan raja, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun Tiga orang yang  berdiri di sebelah kiri masing-masing bernama Martelius, Casitius, dan Sidemius.

Tiap hari setelah raja duduk dallam serambi istana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah tiga orang pelayan menghadap raja. Seorang diantaranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga, sedangkan yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat, lalu burung itu terbang diatas piala yang berisi air sari bunga. Burung itu berkecimpung di dalamnya dan setelah itu mengibas-ngibaskan sayapnya sehingga bulu-bulunya mampu memercikan sari bunga ke semua tempat sekitarnya.

Kemudian si pembawa burung tadi mengeluarkan suara isyarat lagi, burung itu terbang pula lalu hinggap di atas piala yang berisi wewangian murni sambil berkecimpung didalamnya, burung itu mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya sampai wewangian murni yang ada di dalam piala itu habis dipercikan ke tempat sekitarnya. Pembawa burung itu lalu memberi isyarat lagi, burung itu lalu terbang dan hinggap di atas mahkota raja sambil membentangkan kedua sayapnya yang harum semerbak di atas kepala raja.

Demikianlah Raja itu berada di atas singgasana kekuasaannya selama tiga puluh tahun. Selama itu tidak pernah diserang penyakit apapun, tidak pernah merasa pusing kepala, sakit perut, demam, berliur, berludah, ataupun beringus. Setelah raja merasa diri sedemikian kuat dan sehat, ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-ngaku sebagai Tuhan dan tidak mau lagi mengaku adanya Allah Subhanahu Wa ta Ala.

Raja itu kemudian memanggil orang-orang terkemuka dari rakyatnya. Barang siapa yang taat dan patuh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah. Tetapi barang siapa tidak mau taat dan tidak mau mengikuti kemauannya, maka ia segera kan membunuhnya. Dalam masa yang cukup lama semua orang patuh kepada raja itu, sampai ia disembah dan dipuja.

Pada suatu hari perayaan ulang tahunnya, raja sedang duduk di atas singgasana mengenakan mahkota di atas kepala, tiba-tiba masuklah seorang hulu balang memberi tahu bahwa ada balatentara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah kerajaannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan terhadap raja. Demikian sedih dan bingungnya raja itu, sampai tanpa disadari mahkota yang sedang dipakainya jatuh dari kepala . Kemudian Raja itu sendiri jatuh terpelanting dari atas singgasana. Salahsatu pembantu cerdas yang berdiri di sebelah kanan yaitu Tamlikha memperhatikan keadaan raja dengan sepenuh pemikiran. Ia berfikir lalu berkata di dalam hati; " Klau Diqyanius itu benar-benar Tuhan sebagaimana menurut pengakuannya, tentu dia tidak akan sedih, tidak tidur tidak buang air kecil  maupun besar." pikirnya.

Enam orang pembantu raja tiap hari selalu mengadakan pertemuan secara bergiliran pada suatu hari tibalah giliran Tamlikha menerima kunjungan lima orang temannya, saat menyantap hidangan ke lima temannya heran karena Tamlikha tidak ikut makan dan minum, teman-temannya lalu bertanya ; "Tamlikha kenapa kamu tidak mau makan dan minum.?"

"Teman-teman," sahut Tamlikha "hatiku sedang dirisaukan oleh sesuatu yang membuatku tidak ingin makan dan susah tidur,"

"Apa yang merisaukan hatimu hai Tamlikha /?"

" Sudah lama aku memikirkan langit, aku lalu bertanya pada diriku sendiri siapakah yang mengangkatnya ke atas sebagai atap, dan terpelihara tanpa gantungan dari atas dan tiang dari bawah, siapakah yg menjalankan matahari, siapakah yang menghias langit itu dengan bintang bertaburan dan bumi ini siapakah yang menghamparkannya bahkan aku memikirkan tentang diriku siapa yang mengeluarkan diriku dari perut ibuku? tentunya semua ada yang menciptanya dan sudah tentu bukan Diqyanius.!"

Teman-teman Tamlikha lalu bertekuk lutut dihadapannya dan dua kaki Tamlikha diciuminya sambil berkata ;" Hai Tamlikha dalam hati kami juga merasa sama seperti yang ada di dalam hatimu , baiklah kalau  begitu tunjukan jalan ke luar bagi kita semua!."

"Saudara-saudaraku baik aku maupun kalian tidak adalagi cara selain harus lari meninggalkan raja yang zalim itu, pergi ke Raja pencipta langit dan bumi."

Sahabatnyapun setuju lalu Tamlikha berdiri dan beranjak pergi untuk menjual kurma dan akhirnya berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham dan uang itu diselipkan dikantong baju lalu pergi berangkat dengan berkendara kuda bersama 5 orang temannya.

setelah berjalan 3 mil jauhnya dari kota lalu mereka turun dari kudanya masing masing dan meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Mereka berjalan sejauh 7 farsakh sampai kaki mereka bengkak dan berdarah karena tidak biasa berjalan kaki sejauh itu.

Tiba-tiba bertemulah dengan seorang pengem

"Aku memiliki semua yang Kau inginkan, tetapi aku lihat kalian semuanya seperti kaum bangsawan, pasti kalian melarikan diri dari kota, coba ceritakanlah kepadaku apa yang membuat kalian kemari.?".

Kemudian mereka menjawab. " Kami sudah memeluk suatu agama, kami tidak akan berdusta. Tapi apakah kami akan selamat jika mengatakan yang sebenarnya?."

"Ya." Jawab si pengembala itu.

Tamlikha dan teman temanya lalu menceritakan semua yang terjadi pada mereka, mendengar itu sang Pengembala beretekuk lutut di depan mereka sambil berkata, " Dalam hatiku sekrang seperti yang ada dalam hati kalian, berhenti sajalah dulu kalian aku hendak mengembalikan kambing-kambing ini kepada pemiliknya nanti aku akan kembali lagi kepada kalian."

Tamlikha dan teman temannya berhenti untuk menunggu si pengembala, akhirnya si pengembala datang kembali sambil diikuti seekor anjing miliknya.

Waktu cerita sampai disitu Pendeta Yahudi yang bertanya melonjak berdiri sambil berkata, " Hai Ali jika engkau benar-benar tahu coba sebutkan warna anjing itu dan siapakah namanya?"

"Hai saudara Yahudi Rasulullah Muhammad menceritakan kepadaku anjing itu berwarna kehitam-hitaman dan bernama Qhitmir. dan ke enam orang yang akan melarikan diri itu khawatir kalo anjingnya nanti akan membongkar rahasia mereka meminta pada pengembala agar anjingnya dihalau saja dengan batu.

Namun anjing itu melihat kepada Thamlika dan teman-temannya menggeliat dan mengucapkan kat-katanya dengan lancar sekali, " Hai orang-orang mengapa kalian hendak mengusirku padahal aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah tidak sekutu apapun bagi-Nya biarlah aku menjaga kalian dari musuh dengan demikian aku tberupaya mendekatkan  diriku kepada Allah."

Akhirnya anjing itu dibiarkan ikut dan si pengembala mengajak mereka naik ke bukit den mendekati goa."

Pendeta yang bertanya pada Ali lalu bangkit dari duduknya dan bertanya kembali, " Apakah nama Gunung itu, dan apakah nama Gua itu.?".

"Gunung itu bernama Naglus, dan nama gua itu ialah Washid atau disebut juga dengan nama Kheram.!" jawab Imam Ali sambil meneruskan ceritanya.

Secara tiba-tiba di depan gua tumbuh pepohonan berbuah dan memancur mata air deras sekali, mereka memakan buah-buahan dan meminum air yang tersedia ditempat itu, setelah malam mereka masuk dan berlindung di dalam gua, sedangkan anjing duduk mendeprok di mulut gua berjaga - jaga. Kemudian Allah menyuruh malaikat maut mencabut nyawa mereka dan di masing masing tubuh mereka Allah perintahkan 2 malaikat bertugas untuk membolak balikan tubuh mereka ke kiri dan ke kanan. Allah memerintahkan matahari supaya saat terbit condong memancarkan sinarnya dari arah kanan dan saat hampir terbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan dari arah kiri mereka.

Suatu ketika waktu Raja Diqyanius baru saja selesai berpesta ia bertanya tentang 6 orang pembantunya. Ia mendapat jawaban bahwa mereka itu melarikan diri rajapun menjadi gusar dan memerintahkan 80.000 pasukan berkuda untuk cepat cepat berangkat menyusuri jejak 6 orang pembantunya yang melarikan diri, iapun sampai ke lokasi naik ke atas bukit dan mendekati gua Ia tidak ragu-ragu dan memastikan bahwa 6 orang itu sedang benar-benar tidur.

Kepada para pengikutnya ia berkata : "kalau aku hendak menghukum mereka , kujatuhkan hukum yang berat kepada mereka dari perbuatan mereka yang telah menyiksa mereka sendiri di dalam gua, panggillah tukang-tukang batu supaya datang kemari.!".

Setelah tukang batu itu tiba ia memerintahkan menutup rapat pintu Gua dengan batu-batu dan jish (bahan semacam semen ) selesai dikerjakan raja berkata kepada para pengikutnya , " Katakanlah kepada mereka yang ada di dalam gua itu kalau mereka tidak berdusta supaya meminta tolong kepa Tuhan mereka yang ada di langit agar bisa keluar dari dalam gua."

Dalam Gua yang tertutup rapat itu mereka tinggal selama 309 tahun, setelah masa yang amat panjang itu Allah mengembalikan lagi nyawa mereka pada saat matahari mulai memancarkan sinar, sehingga mereka seakan-akan baru merasa bangun dari tidurnya yang seorang berkata kepada yang lainnya , " malam tadi kita lupa beribadah kepada Allah, mari kita pergi ke mata air."

setelah mereka berada di luar gua tiba-tiba mereka melihat mata air sudah mengering dan pepohonan sudah kering semuanya, Allah membuat mereka mulai meraa lapar mereka saling bertanya , " Siapakah diantara kita yang sanggup berangkat ke kota untuk mencari makanan ? tapi agar hati-hati dan jangan membeli makanan yang dimasak dengan lemak babi."

Tamlikha kemudian berkata , " Hai saudara-saudara aku sajalah yang berangkat untuk mencari makanan dan hai pengembala berikanlah bajumu dan ambilah bajuku ini!."
Setelah bertukar baju Tamlikha pergi menuju kota sepanjang jalan yang dilewati dirinya merasa asing dengan suasana dan jalan yang tidak lagi dikenalnya. Setibanya di depan gerbang kota ia melihat bendera hijau berkibar bertuliskan "TIADA TUHAN SELAIN ALLAH DAN ISA ADALAH ROH ALLAH".

Tamlikha berhenti sejenak memandang bendera sambil mengusap - ngusap mata sambil berkata seorang diri " Kusangka aku masih tidur." ia lalu meneruskan langkahnya memasuki kota dilihatnya banyak orang membaca injil ia berpapasan dengan orang yang belum dikenal setibanya disebuah pasar dia bertanya kepada seorang penjaja roti, " Hai tukang roti apakah nama kota kalian ini?"

"Aphesus". sahut penjual roti.
"Siapakah nama Raja Kalian?"  Tanya Tamlikha lagi.
"Abdurrahman" jawab penjual roti.
"kalau yang kau katakan benar ini urusan yang aneh bagiku ambilah uang ini dan berikanlah makanan kepadaku!."

saat melihat uang penjual roti keheran-heranan karena uang yang dibawa Tamlikha itu uang berasal dari jaman lampau yang ukurannya lebih besar dan lebih berat.

Pendeta Yahudi yang bertanya kemudian berdiri lalu berkata pada Ali bin Abhi Thalib, " Hai Ali kalau engkau mengetahui tolong terangkan berapa nilai uang lama dibanding uang baru."

Imam Ali mengatakan, " Kekasihku Muhammad Rasulullah menceritakan kepadaku bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha ialah sama dengan 10 dan dua pertiga uang baru.!".

Imam Ali melanjutkan ceritanya mengenai penjual roti yang berkata : " Aduhai alangkah beruntungnya aku rupanya engkau baru menemukan harta karun berikan uang sisa itu kepadaku kalau tidak engkau akan kuhadapkan kepada raja."

"Aku tidak menemukan harta karun.." Sangkal Tamlikha, uang ini kudapat tiga hari yang lalu hasil penjualan kurma seharga tiga dirham. aku meninggalkan kota karena orang-orang menyembah Diqyanius."

Penjual roti itu marah lalu berkata, " Apakah setelah menemukan harta karun engkau tidak mau menyerahkan sisa uang itu padaku, lagi pula engkau sebut sebut raja durhaka yang sudah mati lebih dari 300 tahun silam, jadi engkau bermaksud memperolok-olok aku."

Tamlikha lalu ditangkap kemudian dibawa pergi menghadap raja. Raja yang baru ini seorang yang bisa bersikap bijak bertanya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha,

"Bagaimana cerita tentang orang ini."
"Dia menemkan harta karun!" 

lalu Raja berkata pada Tamlikha " engkau tak perlu takut Nabi Isa hanya memerintahkan memungut seperlima saja dari harta karun serahkanlah yg seperlima itu kepadaku engkau selamat."

"Baginda aku sama sekali tidak menemukan harta karun! aku hanya penduduk kota ini ."

Raja bertanya sambil terheran heran "Engkau penduduk kota ini?" adakah orang yang kau kenal coba sebutkan namanya ?"

"Ya ada.." jawab Tamlikha.
Tamlikha menyebutkan nama-nama kurang lebih 1000 orang tetapi tak ada satupun yang dikenal Raja atau orang lain yang mendengarkannya .

"ah semua itu bukan orang-orang yang hidup jama kita , tetapi apakah engkau mempunyai rumah di kota ini?"

"Ya tuanku utuslah orang menyertai aku".

Raja kemudian memerintahkan beberapa orang menemani Tamlikha, lalu oleh Tamlikha mereka diajak menuju sebuah rumah yang paling tinggi di kota itu dan berkata bahwa itu rumahnya.

lalu pintu rumah itu diketuk, keluarlah kakek yang sudah sangat lanjut usia dia terperanjat ketakutan sambil bertanya kepada orang-orang , " Kalian ada perlu apa??"

"Orang muda ini mengaku bahwa rumah ini adalah rumahnya" kata utusan raja.
kakek tua itu marah dan memandang pada Tamlikha sambil mengamat amati dan bertanya ," siapa Namamu?".

"Aku Tamlikha anak Filisthin!"

Orang Tua itu lalu berkata, "coba ulang lagi?" Tamlikha menyebutnya lagi namanya dan tiba-tiba kakek tua itu bertekuk lutut dikaki Tamlikha sambil berkata " Ini adalah datukku.. salah seorang yang melarikan diri dari Diqyanius , ia berlari berlindung kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Nabi kita Isa a.s. dahulu telah memberitahukan kisahnya bahwa mereka akan hidup kembali."

Peristiwa itu segera dilaporkan kepada raja, lalu raja segera pergi dengan menunggang kuda pergi ke rumah si kakek dimana Tamlikha ada sampai disana sang raja mengangkatnya dipundaknya lalu orang-orang banyak beramai-ramai menciumi tangan dan kakinya sambil berkata " Hai Tamlikha bagaimana keadaan teman-temanmu ?".

Kepada mereka Tamlikha memberi tahu bahwa semua temannya masih di dalam gua.

Pada masa itu Kota Aphesusu diurus oleh dua orang Bangsawan Istana seorang beragama Islam seorang lag beragama Nasrani, kedua orang bangsawan itu bersama-sama pengikutnya membawa Tamlikha menuju Gua.

Setibanya di dekat Gua Tamlikha berkata kepada dua orang bangsawan dan pada semua pengikut mereka ,"Aku khawatir kalau sampai teman-temanku mendengar tapak kuda atau gemerincing senjata mereka mesti menduga Diqyanius mereka bakal kembali mati semua oleh karena itu kalian berhenti saja disini biar aku sendiri yang memberi tahu mereka."

Semua berhenti menunggu Tamlikha masuk seorang diri ke arah gua, melihat Tamlikha datang teman-temanya berdiri kegirangan dan Tamlikha dipeluknya kuat-kuat kepada Tamlikha mereka berkata " Puji dan Syukur bagi Allah yang telah menyelamatkanmu dari Diqyanius."

Tamlikha menukas, " Ada urusan apa dengan Diqyanius tahukah kalian sudah berapa lamakah kalian tinggal disini.?"

"kami tinggal sehari atau beberapa hari saja!" jawab mereka.
"Tidak! kalian sudah tinggal disini selama 309 tahun.!." Diqyanius sudah lama meninggal dunia generasi demi generasi sudah silih berganti dan penduduk kota sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung dan mereka sekarang datang untuk bertemu dengan kalian!."

Teman-teman Tamlikha berkata ,"Hai Tamlikha apakah engakau hendak menjadikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh jagad?".

"Lantas apa yang kalian inginkan?." Tamlikha balik bertanya.
"angkatlah tanganmu ke atas dan kamipun akan mengikuti seperti itu juga!." jawab mereka.

Mereka bertujuh semuanya mengangkat tangan ke atas kemudian berdo'a :" Ya Allah dengan kebenaran yang telah engkau perlihatkan kepada kami tentang keanehan yang kami alami sekarang ini cabutlah kembali nyawa kami tanpa sepengetahuan orang lain!"

Allah mengabulkan permohonan mereka lalu memerintahkan malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka kemudian Allah  melenyapkan pintu Gua tanpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maju mendekati gua berputar-putar selama tujuh hari untuk mencari pintunya tetapi tanpa hasil menemukan lubang atau jalan masuk, kedua bangsawan itu menjadi yakin tentang hebatnya kekuasaan Allah dan melihat peristiwa itu sebagai peringatan Allah yang diperlihatkan.

Bangsawan yang beragama Islam berkata ; "mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku, akan kudirikan sebuah tempat ibadah dipintu gua itu."

Sedang Bangsaan beragama Nasrani berkata pula : " mereka mati dalam keadaan memeluk agamaku akan kudirikan biara di depan pintu gua."

Dua orang bangsawan itu akhirnya bertengkar dan setelah melalui pertikaian senjata akhirnya bangsawan Nasrani terkalahkan oleh Bangsawan yang beragama Islam. dengan terjadinya peristiwa tersebut maka Allah berfirman yang artinya ."Kami hendak mendirikan sebuah rumah peribadatan di atas mereka". (Al Kahfi : 21).

Sampai disitu Imam Ali berhenti bercerita kemudian berkata kepada pendeta Yahudi yang menanyakan kisah itu : "Itulah hai Yahudi apa yang telah terjadi dalam kisah mereka. Demi Allah sekarang aku hendak bertanya kepada kalian apakah apa yang aku ceritakan sesuai dengan yang tercantum dalam Taurat kalian.?"

Pendeta Yahudi berkata ; " Ya Abal Hasan, engkau tidak menambah tidak mengurangi sekarang engkau jangan menyebutku sebagai Yahudi, sebab aku telah bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad hamba allah serta Rasulnya., akupun bersaksi juga bahwa engkau orang yang paling berilmu dikalangan ummat ini.

Demikianlah hikayat tentang para penghuni gua (Ashabul Kahfi) kutipan dari kitab "Qishasul Anbiya yang tercantum dalam kitab " Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah." tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad. dalam menerangkan banyaknya ilmu pengetahuan yang diperoleh Imam Ali bin Abi Thalib dari Rasulullah Muhammad S.A.W.






























Comments

Popular posts from this blog

Simpang Tanjung Alam dengan Beberapa Titiknya

Bagi anda yang berdomisili di Kota Bukittinggi dan sekitarnya tentu tidak asing lagi dengan namanya Simpang Tanjung Alam di kawasan Agam Timur, atau bagi anda yang sedang berencana melancong ke Bukittinggi dari arah Pekanbaru maka akan melewati simpang ini yang jaraknya  kurang lebih 3 KM sebelum masuk gerbang kota Bukittinggi. Anda boleh kenali beberapa titik yang bisa anda singgahi sekaligus 'nikmati'. Masjid Nurul Huda Masjid Nurul Huda Masjid ini sangat pas untuk disinggahi para pelancong yang sedang berada dalam perjalanan jalur Pekanbaru - Padang, letaknya memang tidak dipinggir jalan raya sedikit masuk sekitar 100 meter dari simpang empat arah ke kapau,kalau dari arah Padang atau Bukittinggi sebelah kiri posisinya sebaliknya sebelah kanan kalau dari arah Pekanbaru. Masjidnya bagus dan bersih, halamannya cukup luas untuk parkir,  toilet serta tempat wudhunya terawat dan yang terpenting tidak pernah kekeringan air.  Bubur Ayam Bandung Bubur Ayam B

Legenda Wilanagara

Tugu Gerbang Puser Dayeuh. ( sumber foto:Asep Sudiana ) Wilanagara adalah sebuah nama desa yang terletak di timur kawasan Jawa Barat, atau tepatnya desa yang berada di wilayah pemerintahan kecamatan Luragung kabupaten Kuningan. Membahas sebuah tempat ada yang menarik biasanya adalah mengenai asal-usul namanya, yang biasanya berlatar belakang sejarah legenda atau mitos dari cerita orangtua dahulu yang terkadang dihubung-hubungkan supaya terdengar nyambung tak jauh dari namanya yang kadang secara ilmiah dari fakta sejarahnya tidak ada hubungannya, namun walau begitu legenda merupakan hasil budaya yang perlu juga untuk diapresiasi karena sebetulnya sarat  pesan dan symbol untuk memberi motivasi dan warna hidup suatu masyarakat atau  setidaknya bisa jadi dongeng untuk " ngabobodo anu Cengeng " istilah Sundanya. begitupun dengan nama Wilanagara bagaimana sejarahnya seperti apa asal-usulnya?  Asal-usul Wilanagara menurut beberapa Sumber bahwa dahulu  namanya adal

Jalan HAMKA Bukittinggi

masjid jami tarok sumber foto www.panoramio.com Jalan Prof DR Hamka atau lebih dikenal dengan Jalan HAMKA di Kota Bukittinggi ini panjangnya hanya kurang lebih 2 KM saja, dimana ujung pangkal jalannya bersambung dengan dua jalan utama lainnya, ujungnya bertemu jalan Sutan Syahrir dan di pangkalnya bermuara di Jalan Soekarno Hatta. Dari persimpangan jalannya, setidaknya ada 3 Simpang utama yang strategis dan terkenal yang merupakan bagian dari jalan HAMKA : Simpang Mandiangin Simpang Landbow Simpang Tarok Simpang Mandiangin Pangkal jalan yg bermuara dengan jalan Soekarno Hatta adalah Simpang 4 dimana menghubungkan ke Pasar Bawah dan Pasar Banto, ke Mandiangin sendiri atau ke arah Gulai Bancah menuju Kantor Walikota dan satunya ke arah Tanjung Alam yang  merupakan jalur utama ke Kota Payakumbuh. Simpang Tarok adalah ujung jalan HAMKA yang bertemu Jl. Sutan Syahrir membentuk Simpang Tiga yang menghubungkan ke Pasar Aur Kuning dan ke Lapangan Kantin menuju Pusat Kota Bukit