Skip to main content

Kawan di Rumah

Si Putih seekor kelinci. Telinganya panjang sekali. Putih warna bulunya. Sangat Kencang larinya.
Sebait puisi ini bersumber dari buku pelajaran bahasa Indonesia kelas 3 SD jaman baheula,sampai Sekarang aku masih mengingatnya jujur saja aku sangat terkesan dengan puisi yang sederhana dan polos ini. Oya andai kamu seekor kelinci kamu mungkin kunamai  si Putih, itu juga kalau bulumu warnanya putih, tapi karena ternyata kamu seekor kucing yang cukup manis aku namai saja kamu Si Manis.
Aku sebenarnya bukan tipe penyayang binatang tapi juga bukan berarti tidak punya prikebinatangan. Namun sekali lagi Manis, karena kamu hanyalah seekor kucing aku tidak pula keberatan memeliharamu di rumah ini, karena menurutku kamu hewan yang paling simpel mengurusnya tidak harus dibuatkan kandang, tidak harus rutin memberi makanan khusus, hanya mau dengan rela memberikan sedikit kebebasan di rumah untuk tidur dan kebebasan keluar rumah untuk buang kotoran secara mandiri, dan di luar rumah mungkin kamu perlu juga pacaran dengan kucing tetangga hehe.
Manis, ngomongin soal pacaran aku sampai sekarang belum juga punya pacar. Umurku sudah masuk tiga dasawarsa usia yang sebenarnya sudah dilema. Kamu kan tahu sendiri kita di rumah ini hanya berdua, Aku tinggal di KPR ini tak beda jauh pastinya dengan usiamu. Saat aku baru sebulan di rumah ini aku temukan kamu di halaman belakang masih berupa anak kucing ingusan, aku merasa kasihan maka aku adopsi kamu sampai sekarang umurmu sudah 2 tahun, ya dua tahun sudah kita tinggal bersama di rumah ini.
Tentu saja aku memang tidak mau pacaran seperti kamu atau sebangsamu seperti ayam, bebek, anjing, dan sebangsa monyet yang hobbi dugem ada kan? yang bebas kawin, bebas ganti-ganti pasangan, Dan aku juga  percaya deh kalau kamu pasti playboy sekaligus pejantan tangguh yang telah menaklukan banyak kucing betina tetangga hehehe.
Dua hari kemarin sepulang Sholat Isya di Masjid Komplek, aku mengantarkan undangan titipan dari Mas Toni kakak iparku aku lihat tiga anak kucing di teras rumah Pak RT  sedang bermain saling terkam dan saling gigit sesamanya dan dua diantaranya mirip kamu motif bulunya, ayo kamu ya bapaknya hahaha.
Kata teman-temanku kenapa kamu belum juga mengakhiri masa lajangmu? kamu kan sudah pantas berkeluarga, ya sewajarnya memang aku harusnya sudah punya pendamping, sebagai seorang PNS dan guru SMP yang cukup senior, aku bisa dikatakan sudah mapan apalagi aku sudah punya rumah walaupun masih nyicil, tentunya tidak ada alasan aku belum siap secara materi, dan secara morilpun kamu harus percaya Manis, aku ini sudah siap kok, ga perlu pake ciyus segala ah Manis.
Aku orang yang mempercayai bahwa jodoh itu Allah yang ngatur, tapi bukan juga berarti pasrah menunggu jodoh, akupun sudah ikhtiar terutama dua tahun terakhir ini, sudah lebih dari 5 orang calon tapi herannya tetap selalu gagal dengan segala macam alasan dan hambatannya. Misalnya waktu sama si Irma anaknya Pak Yusup temannya Teh Dewi sudah aku lamar, orangtua dan keluarga besarnya sudah merestui, namun satu minggu setelah melamar, Irma yang baru mau wisuda sarjana waktu itu mengirim sms, katanya dia masih punya pacar dan masih menjalin hubungan semenjak kuliah dan sampai saat ini dan juga sudah punya komitmen untuk menikah setelah Wisuda, akhirnya aku memilih membatalkannya karena aku tidak mau pacarnya nanti malah sakit hati dan Irmanya sendiri tidak ridho jadi pengantin. Terus yang terakhir yang aku agak sedikit menyesal Asniar anak pemilik Toko Buku Saiyo Sakato pasar perumnas yang adik bungsunya si Afrizal muridku di sekolah, akhirnya gagal juga hanya karena setelah satu bulan aku melamar sama bapaknya belum juga ada tanda-tanda memanggilku untuk menentukan tanggal pernikahan, padahal seingatku aku yakin benar Da Ondri bapaknya menerima lamaranku, dan Asniar juga kata si Afrizal mau? Aku jadi berpikir yang tidak-tidak, maka sekali lagi aku menyatakan mundur dan mencabut lamaran.
Sebenarnya aku juga sih yang kurang sabar, selidik punya selidik ternyata alasan mereka masih menunggu jawaban dari keluarga besar Asniar yang ada di Sumatra dan Malaysia, katanya kalau orang Padang tidak cukup hanya restu bapaknya saja, tapi juga harus dengan kesepakatan para paman dari pihak ibunya. Tapi bagaimana lagi prinsipku kan lebih cepat lebih baik.
Manis, menurutmu Aku orangnya pemilih ya, mungkin karena itu aku tidak juga segera berjodoh. Tapi kupikir sih aku memang harus pemilih dalam artian memiliki kriteria untuk calonku tersendiri karena untuk kebaikan rumah tanggaku juga nantinya. Dan sebenarnya kriteriaku tidak terlalu menjelimet juga sih yang penting dia satu visi dan tentunya yang tidak boleh kecolongan bukan seorang wanita yang benci dan jijik sama kamu Manis hahaha.
Sebentar Manis, ada SMS masuk kedengarannya, benar kan Manis ternyata Ustadz Firman SMS “Akhi..besok sore jadi y ana ajak antum ta’aruf sama seseorang...”
Manis, sepertinya kita sudahi aja curhat malam ini, mari kita matikan televisi, gosok gigi, ambil wudhu dan sholat witir lalu berdo’a dan tidur segera..
****
Kamu mau tidur di ranjangku Manis? Oke tidak apa-apa, tapi hanya untuk malam ini dan tidak untuk seterusnya, aku hanya mengijinkan kamu tidur di sofa ruang tamu, dan di karpet merah alas kasurku ini. Baiklah kita sekarang tidur sekasur karena aku sendiri masih merasa cemas dengan rencanaku besok, bagaimana kalau aku hadiahkan puisi si Putih sekali lagi biar galauku sedikit berkurang ..? “Si Putih seekor kelinci. Telinganya Panjang sekali. Putih warna bulunya. Amat kencang larinya.” 
Manis, aku beri tahu makna puisi itu sebenarnya yaitu seperti do'aku ini mohon diaminkan ya.. “Ya Allah ya Robb..jodohkanlah aku dengan seorang wanita, yang putih hati dan jiwanya, panjang pikiran dan akalnya, kencang ibadah dan ikhtiarnya..”
“Meeoong..”.
**Bukittinggi, September 2013

Comments

Popular posts from this blog

Simpang Tanjung Alam dengan Beberapa Titiknya

Bagi anda yang berdomisili di Kota Bukittinggi dan sekitarnya tentu tidak asing lagi dengan namanya Simpang Tanjung Alam di kawasan Agam Timur, atau bagi anda yang sedang berencana melancong ke Bukittinggi dari arah Pekanbaru maka akan melewati simpang ini yang jaraknya  kurang lebih 3 KM sebelum masuk gerbang kota Bukittinggi. Anda boleh kenali beberapa titik yang bisa anda singgahi sekaligus 'nikmati'. Masjid Nurul Huda Masjid Nurul Huda Masjid ini sangat pas untuk disinggahi para pelancong yang sedang berada dalam perjalanan jalur Pekanbaru - Padang, letaknya memang tidak dipinggir jalan raya sedikit masuk sekitar 100 meter dari simpang empat arah ke kapau,kalau dari arah Padang atau Bukittinggi sebelah kiri posisinya sebaliknya sebelah kanan kalau dari arah Pekanbaru. Masjidnya bagus dan bersih, halamannya cukup luas untuk parkir,  toilet serta tempat wudhunya terawat dan yang terpenting tidak pernah kekeringan air.  Bubur Ayam Bandung Bubur Ayam B

Legenda Wilanagara

Tugu Gerbang Puser Dayeuh. ( sumber foto:Asep Sudiana ) Wilanagara adalah sebuah nama desa yang terletak di timur kawasan Jawa Barat, atau tepatnya desa yang berada di wilayah pemerintahan kecamatan Luragung kabupaten Kuningan. Membahas sebuah tempat ada yang menarik biasanya adalah mengenai asal-usul namanya, yang biasanya berlatar belakang sejarah legenda atau mitos dari cerita orangtua dahulu yang terkadang dihubung-hubungkan supaya terdengar nyambung tak jauh dari namanya yang kadang secara ilmiah dari fakta sejarahnya tidak ada hubungannya, namun walau begitu legenda merupakan hasil budaya yang perlu juga untuk diapresiasi karena sebetulnya sarat  pesan dan symbol untuk memberi motivasi dan warna hidup suatu masyarakat atau  setidaknya bisa jadi dongeng untuk " ngabobodo anu Cengeng " istilah Sundanya. begitupun dengan nama Wilanagara bagaimana sejarahnya seperti apa asal-usulnya?  Asal-usul Wilanagara menurut beberapa Sumber bahwa dahulu  namanya adal

Jalan HAMKA Bukittinggi

masjid jami tarok sumber foto www.panoramio.com Jalan Prof DR Hamka atau lebih dikenal dengan Jalan HAMKA di Kota Bukittinggi ini panjangnya hanya kurang lebih 2 KM saja, dimana ujung pangkal jalannya bersambung dengan dua jalan utama lainnya, ujungnya bertemu jalan Sutan Syahrir dan di pangkalnya bermuara di Jalan Soekarno Hatta. Dari persimpangan jalannya, setidaknya ada 3 Simpang utama yang strategis dan terkenal yang merupakan bagian dari jalan HAMKA : Simpang Mandiangin Simpang Landbow Simpang Tarok Simpang Mandiangin Pangkal jalan yg bermuara dengan jalan Soekarno Hatta adalah Simpang 4 dimana menghubungkan ke Pasar Bawah dan Pasar Banto, ke Mandiangin sendiri atau ke arah Gulai Bancah menuju Kantor Walikota dan satunya ke arah Tanjung Alam yang  merupakan jalur utama ke Kota Payakumbuh. Simpang Tarok adalah ujung jalan HAMKA yang bertemu Jl. Sutan Syahrir membentuk Simpang Tiga yang menghubungkan ke Pasar Aur Kuning dan ke Lapangan Kantin menuju Pusat Kota Bukit