Skip to main content

Mencari Kembali Surau-surau Lamo di Kawasan Ampek Angkek

Surau Lamo di Nagari Pasia



Bukan suatu yang berlebihan kalau Urang Minang tidak bisa dipisahkan dengan Simbol Islam. Maka ada stereotip  kalau yang namanya  orang Minang itu mesti agamanya Islam. Dan salah satu simbol ke Islamannya yaitu Surau .

Surau adalah suatu bangunan yang fungsinya sebagai tempat Ibadah seperti Masjid hanya bedanya Surau biasanya tidak mengadakan sholat Jum'at dan dari sisi ukuran bangunan atau  kafasitas daya tampung Jamaahnya  lebih sedikit dari Masjid.

Surau  istilah lainnya "Langgar" kalau di daerah Priangan atau orang wilayah Cirebon menyebutnya dengan istilah "Tajug" umumnya kebanyakan orang sekarang menyebutnya Musholla karena sebagai tempat sholat dan padana kata Musholla masih terlalu umum karena  tidak hanya menunjuk pada bangunan saja ruanganpun atau kamar yang ada di dalam sebuah kantor atau gedung juga bisa dikatakan Musholla.

Seperti halnya Rumah Gonjong atau Rumah Gadang yang memiliki arsitektur yang khas Minang, Suraupun terbagi menjadi 2 model arsitektur dasar sesuai dengan 2 keselarasan yang terdapat dalam Budaya Minangkabau yaitu model arsitektur Koto Piliang dan model Bodi Chaniago.

Beberapa foto surau - surau lamo yang dipampang berikut adalah model arsitekturnya  bergaya Bodi Chaniago. foto ini adalah surau- surau yang bisa ditemukan di kawasan Ampek Angkek sebuah kecamatan di Agam Timur tempat domisili penulis sendiri. penulis baru mendapat 3 koleksi Surau Lamo yaitu Surau di Nagari Pasia, Surau Lamo di Jorong Kotomarapak Kanagarian Lambah, dan Surau di Jorong Tanjung Medan Nagari Biaro Gadang.

Jika diperhatikan dari ke tiga Surau nampak ke khasan bangunannya terutama di bagian atap yang berbentuk limas segi empat yang lancip di harmonikan dengan model atap yang berbuku-buku dimana bisa terdiri 2 sampai 3 buku bertingkat.

Terus mungkin kepenasaran anda selanjutnya tentang contoh gambar atau foto Surau Lamo bergaya Koto Piliang..???
sementara karena penulis sendiri  belum berburu fotonya langsung maka itu akan penulis posting di lain kesempatan, karena menariknya Surau Lamo bergaya Koto Piliang akan banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Tanah Datar..kabupaten dilereng Merapi sisi lainnya..(bersambung )

Surau Lamo di kawasan Tanjung Medan
Surau Lamo di Koto Marapak



💗 MENUNAIKAN ZAKAT LEBIH MUDAH💗





















Comments

Popular posts from this blog

Simpang Tanjung Alam dengan Beberapa Titiknya

Bagi anda yang berdomisili di Kota Bukittinggi dan sekitarnya tentu tidak asing lagi dengan namanya Simpang Tanjung Alam di kawasan Agam Timur, atau bagi anda yang sedang berencana melancong ke Bukittinggi dari arah Pekanbaru maka akan melewati simpang ini yang jaraknya  kurang lebih 3 KM sebelum masuk gerbang kota Bukittinggi. Anda boleh kenali beberapa titik yang bisa anda singgahi sekaligus 'nikmati'. Masjid Nurul Huda Masjid Nurul Huda Masjid ini sangat pas untuk disinggahi para pelancong yang sedang berada dalam perjalanan jalur Pekanbaru - Padang, letaknya memang tidak dipinggir jalan raya sedikit masuk sekitar 100 meter dari simpang empat arah ke kapau,kalau dari arah Padang atau Bukittinggi sebelah kiri posisinya sebaliknya sebelah kanan kalau dari arah Pekanbaru. Masjidnya bagus dan bersih, halamannya cukup luas untuk parkir,  toilet serta tempat wudhunya terawat dan yang terpenting tidak pernah kekeringan air.  Bubur Ayam Bandung Bubur Ayam B

Legenda Wilanagara

Tugu Gerbang Puser Dayeuh. ( sumber foto:Asep Sudiana ) Wilanagara adalah sebuah nama desa yang terletak di timur kawasan Jawa Barat, atau tepatnya desa yang berada di wilayah pemerintahan kecamatan Luragung kabupaten Kuningan. Membahas sebuah tempat ada yang menarik biasanya adalah mengenai asal-usul namanya, yang biasanya berlatar belakang sejarah legenda atau mitos dari cerita orangtua dahulu yang terkadang dihubung-hubungkan supaya terdengar nyambung tak jauh dari namanya yang kadang secara ilmiah dari fakta sejarahnya tidak ada hubungannya, namun walau begitu legenda merupakan hasil budaya yang perlu juga untuk diapresiasi karena sebetulnya sarat  pesan dan symbol untuk memberi motivasi dan warna hidup suatu masyarakat atau  setidaknya bisa jadi dongeng untuk " ngabobodo anu Cengeng " istilah Sundanya. begitupun dengan nama Wilanagara bagaimana sejarahnya seperti apa asal-usulnya?  Asal-usul Wilanagara menurut beberapa Sumber bahwa dahulu  namanya adal

Jalan HAMKA Bukittinggi

masjid jami tarok sumber foto www.panoramio.com Jalan Prof DR Hamka atau lebih dikenal dengan Jalan HAMKA di Kota Bukittinggi ini panjangnya hanya kurang lebih 2 KM saja, dimana ujung pangkal jalannya bersambung dengan dua jalan utama lainnya, ujungnya bertemu jalan Sutan Syahrir dan di pangkalnya bermuara di Jalan Soekarno Hatta. Dari persimpangan jalannya, setidaknya ada 3 Simpang utama yang strategis dan terkenal yang merupakan bagian dari jalan HAMKA : Simpang Mandiangin Simpang Landbow Simpang Tarok Simpang Mandiangin Pangkal jalan yg bermuara dengan jalan Soekarno Hatta adalah Simpang 4 dimana menghubungkan ke Pasar Bawah dan Pasar Banto, ke Mandiangin sendiri atau ke arah Gulai Bancah menuju Kantor Walikota dan satunya ke arah Tanjung Alam yang  merupakan jalur utama ke Kota Payakumbuh. Simpang Tarok adalah ujung jalan HAMKA yang bertemu Jl. Sutan Syahrir membentuk Simpang Tiga yang menghubungkan ke Pasar Aur Kuning dan ke Lapangan Kantin menuju Pusat Kota Bukit