Seorang Kyai sepuh disebuah pesantren senang sekali menceritakan kisah berikut ini sebagai pesan kepada para santri yang akan dilepasnya terjun kemasyarakat. :
Ada dua orang yang hidup bertetangga yang rukun dan damai, keduanya
terkenal akrab, kompak, saling membantu, saling toleransi satu sama lainnya walau
mereka sebenarnya berbeda keyakinan yang satu muslim dan yang satunya non
muslim katakanlah Nasrani.
Lama waktu berjalan dari kedekatan dan keterbukaannya berinteraksi, kadang sampai berdiskusi mengenai keyakinan masing-masing sehingga pada akhirnya si Nasrani semakin tertarik dan simpati dengan kebaikan dan ketulusan tetangganya yang Muslim, sekaligus penasaran dengan agama Islam yang sering didengarnya dari tetangganya itu.
Akhirnya si Nasranipun menyatakan dirinya ingin masuk Islam,
dengan senang hati si tetangganya yang muslimpun mengislamkannya, si Muslim ini
merasa bahagia karena tetangganya sekarang sudah menjadi sudara yang seagama.
Suatu pagi sebelum shubuh, jendela rumah si Mualaf yang baru
saja masuk Islam ada yang mengetuk.
“Siapakah gerangan
diluar” tanya si Mualaf.
“Aku tetanggamu saudaraku, segara kamu ambil wudhu mari kita
sama-sama pergi ke Mesjid, kita akan menunaikan
sholat shubuh berjamaah” kata suara dari luar yaitu tetangganya yang muslim.
Merekapun berdua pergi bersama dan tiba di mesjid paling
pertama, sambil menunggu saat shubuh tiba si Muslim itupun mengajak tetangganya
yang mualaf untuk sholat sunah dan berzikir.
Waktu shubuhpun tiba jamaah shubuhpun sudah ramai, mereka
berduapun tukmaninah menjalankan shalat
shubuh berjamaah. Selesai sholat dan berzikir satu per satu jamaahpun
meninggalkan masjid tinggal mereka berdua yang tinggal dan si tetangga muslim
berbicara dan mengajak kepada tetangganya untuk meniatkan berpuasa sunah dan
tetap diam di mesjid sambil beritikaf.
Mataharipun sudah bergeraka naik, mereka berdua masih
dimasjid beritikaf dengan diisi aktivitas belajar tentang Islam dan tak lupa menjalankan
sunah dhuha, hingga tidak terasa sudah masuk Dzuhur para jemaah sudah mulai
berdatangan adzanpun dikumandangkan.
Selesai Dzuhur berjamaah
lalu zikir dan solat sunah ba’diyah para jamaah sudah mulai satu per
satu bubar meninggalkan masjid, hanya
tinggal mereka berdua yang masih tinggal.
“mari kita lanjutkan belajar kita “ kata tetangga yang
muslim memulai.
Waktu Asharpun tak terasa sudah tiba masjidpun sudah mulai
ramai didatangi orang yang akan menjalankan sholat berjamaah sehabis Ashar
seperti biasa para jamaahpun mulai bubar meninggalkan masjid, tinggal mereka
berdua yang masih bertahan.
“Mari kita tetap di masjid sambil menunggu waktu berbuka
puasa dan sholat Magrib tiba, kita bisa isi dengan belajar membaca Al-Qur’an”
seru si tetangga Muslim mengingatkan saudaranya yang Mualaf.
Magribpun tiba mereka berdua berbuka puasa seadanya para
jamaahpun mulai berdatangan untuk menjalan sholat Magrib, selesai sholat sunah
Ba’diyah, zikir dan do’a si tetangga muslimpun berbisik.
“waktu magrib ini pendek sebentar lagi Isya biasanya suka
ada kultum mari kita simak ”. bisik tetangga muslim itu.
Selesai penceramah menutup kultumnya Adzanpun dikumandangkan
setelah sholat kobliyah semua jamaah berbaris mengatur dan merapatkan shafnya
termasuk diantaranya dua sahabat yang bertetanggaan itu. Akhirnya mereka berduapun
setelah Isya baru pulang ke rumahnya
setelah seharian penuh berada di Masjid untuk beribadah.
Keesokan paginya sebelum shubuh jendela kamar rumahnya si
mualaf itu ada yang mengetuk.
“siapakah di luar ..?” tanya si Mualaf.
“Aku tetanggamu saudaraku, ayo ambil air wudhu kita pergi ke
Masjid untuk menuanaikan sholat Shubuh berjamaah.” Kata suara tetangga yang
muslim dari luar rumah.
“Maaf, pergilah kamu sendiri karena saya tidak sanggup menjalankan agamamu lagi, karena aku masih butuh menghidupi diriku dan keluargaku untuk bekerja mencari
nafkah.” Jawab si Mualaf yang akhirnya kembali ke agamanya semula.
Sang Kyiaipun menutup ceritanya dengan memberi kesimpulan :
“ si tetangga muslim telah mengajak tetangganya masuk Islam tetapi dia sendiri yang memurtadkannya hanya dalam waktu sehari saja.”
Comments