Skip to main content

Kembali Murtad


Seorang Kyai sepuh disebuah pesantren senang sekali menceritakan kisah berikut ini sebagai pesan kepada para santri yang akan dilepasnya  terjun kemasyarakat. :

Ada dua orang yang hidup bertetangga yang rukun dan damai, keduanya terkenal akrab, kompak, saling membantu, saling toleransi satu sama lainnya walau mereka sebenarnya berbeda keyakinan yang satu muslim dan yang satunya non muslim katakanlah Nasrani.

sumber gambar www.centrisftuii.com

  

Lama waktu berjalan dari kedekatan dan keterbukaannya berinteraksi, kadang sampai berdiskusi mengenai keyakinan  masing-masing sehingga  pada akhirnya si Nasrani semakin  tertarik dan simpati dengan kebaikan dan ketulusan tetangganya yang Muslim, sekaligus penasaran dengan agama Islam yang sering didengarnya dari tetangganya itu.

Akhirnya si Nasranipun menyatakan dirinya ingin masuk Islam, dengan senang hati si tetangganya yang muslimpun mengislamkannya, si Muslim ini merasa bahagia karena tetangganya sekarang sudah menjadi sudara yang seagama.

Suatu pagi sebelum shubuh, jendela rumah si Mualaf yang baru saja masuk Islam ada yang mengetuk.

 “Siapakah gerangan diluar” tanya si Mualaf.

“Aku tetanggamu saudaraku, segara kamu ambil wudhu mari kita sama-sama pergi ke Mesjid,  kita akan menunaikan sholat shubuh berjamaah” kata suara dari luar yaitu tetangganya  yang muslim.

Merekapun berdua pergi bersama dan tiba di mesjid paling pertama, sambil menunggu saat shubuh tiba si Muslim itupun mengajak tetangganya yang mualaf untuk sholat sunah dan berzikir.

Waktu shubuhpun tiba jamaah shubuhpun sudah ramai, mereka berduapun tukmaninah menjalankan  shalat shubuh berjamaah. Selesai sholat dan berzikir satu per satu jamaahpun meninggalkan masjid tinggal mereka berdua yang tinggal dan si tetangga muslim berbicara dan mengajak kepada tetangganya untuk meniatkan berpuasa sunah dan tetap diam di mesjid sambil beritikaf.

Mataharipun sudah bergeraka naik, mereka berdua masih dimasjid beritikaf dengan diisi aktivitas  belajar tentang Islam dan tak lupa menjalankan sunah dhuha, hingga tidak terasa sudah masuk Dzuhur para jemaah sudah mulai berdatangan adzanpun dikumandangkan.

Selesai Dzuhur berjamaah  lalu zikir dan solat sunah ba’diyah para jamaah sudah mulai satu per satu  bubar meninggalkan masjid, hanya tinggal mereka berdua yang masih tinggal.
“mari kita lanjutkan belajar kita “ kata tetangga yang muslim memulai.

Waktu Asharpun tak terasa sudah tiba masjidpun sudah mulai ramai didatangi orang yang akan menjalankan sholat berjamaah sehabis Ashar seperti biasa para jamaahpun mulai bubar meninggalkan masjid, tinggal mereka berdua yang masih bertahan.

“Mari kita tetap di masjid sambil menunggu waktu berbuka puasa dan sholat Magrib tiba, kita bisa isi dengan belajar membaca Al-Qur’an” seru si tetangga Muslim mengingatkan saudaranya yang Mualaf.

Magribpun tiba mereka berdua berbuka puasa seadanya para jamaahpun mulai berdatangan untuk menjalan sholat Magrib, selesai sholat sunah Ba’diyah, zikir dan do’a si tetangga muslimpun berbisik.

“waktu magrib ini pendek sebentar lagi Isya biasanya suka ada kultum mari kita simak ”. bisik tetangga muslim itu.

Selesai penceramah menutup kultumnya Adzanpun dikumandangkan setelah sholat kobliyah semua jamaah berbaris mengatur dan merapatkan shafnya termasuk diantaranya dua sahabat yang bertetanggaan itu. Akhirnya mereka berduapun setelah Isya baru pulang  ke rumahnya setelah seharian penuh berada di Masjid untuk beribadah.

Keesokan paginya sebelum shubuh jendela kamar rumahnya si mualaf itu ada yang mengetuk.

siapakah di luar ..?” tanya si Mualaf.

“Aku tetanggamu saudaraku, ayo ambil air wudhu kita pergi ke Masjid untuk menuanaikan sholat Shubuh berjamaah.” Kata suara tetangga yang muslim dari luar rumah.

“Maaf, pergilah kamu sendiri karena saya tidak sanggup menjalankan agamamu lagi, karena aku masih butuh menghidupi diriku dan keluargaku untuk bekerja mencari nafkah.” Jawab si Mualaf yang akhirnya kembali ke agamanya semula.

Sang Kyiaipun menutup ceritanya dengan memberi kesimpulan :
si tetangga muslim telah mengajak tetangganya masuk Islam tetapi dia sendiri yang memurtadkannya hanya dalam waktu sehari saja.


Comments

Popular posts from this blog

Simpang Tanjung Alam dengan Beberapa Titiknya

Bagi anda yang berdomisili di Kota Bukittinggi dan sekitarnya tentu tidak asing lagi dengan namanya Simpang Tanjung Alam di kawasan Agam Timur, atau bagi anda yang sedang berencana melancong ke Bukittinggi dari arah Pekanbaru maka akan melewati simpang ini yang jaraknya  kurang lebih 3 KM sebelum masuk gerbang kota Bukittinggi. Anda boleh kenali beberapa titik yang bisa anda singgahi sekaligus 'nikmati'. Masjid Nurul Huda Masjid Nurul Huda Masjid ini sangat pas untuk disinggahi para pelancong yang sedang berada dalam perjalanan jalur Pekanbaru - Padang, letaknya memang tidak dipinggir jalan raya sedikit masuk sekitar 100 meter dari simpang empat arah ke kapau,kalau dari arah Padang atau Bukittinggi sebelah kiri posisinya sebaliknya sebelah kanan kalau dari arah Pekanbaru. Masjidnya bagus dan bersih, halamannya cukup luas untuk parkir,  toilet serta tempat wudhunya terawat dan yang terpenting tidak pernah kekeringan air.  Bubur Ayam Bandung Bubur Ayam B

Legenda Wilanagara

Tugu Gerbang Puser Dayeuh. ( sumber foto:Asep Sudiana ) Wilanagara adalah sebuah nama desa yang terletak di timur kawasan Jawa Barat, atau tepatnya desa yang berada di wilayah pemerintahan kecamatan Luragung kabupaten Kuningan. Membahas sebuah tempat ada yang menarik biasanya adalah mengenai asal-usul namanya, yang biasanya berlatar belakang sejarah legenda atau mitos dari cerita orangtua dahulu yang terkadang dihubung-hubungkan supaya terdengar nyambung tak jauh dari namanya yang kadang secara ilmiah dari fakta sejarahnya tidak ada hubungannya, namun walau begitu legenda merupakan hasil budaya yang perlu juga untuk diapresiasi karena sebetulnya sarat  pesan dan symbol untuk memberi motivasi dan warna hidup suatu masyarakat atau  setidaknya bisa jadi dongeng untuk " ngabobodo anu Cengeng " istilah Sundanya. begitupun dengan nama Wilanagara bagaimana sejarahnya seperti apa asal-usulnya?  Asal-usul Wilanagara menurut beberapa Sumber bahwa dahulu  namanya adal

Jalan HAMKA Bukittinggi

masjid jami tarok sumber foto www.panoramio.com Jalan Prof DR Hamka atau lebih dikenal dengan Jalan HAMKA di Kota Bukittinggi ini panjangnya hanya kurang lebih 2 KM saja, dimana ujung pangkal jalannya bersambung dengan dua jalan utama lainnya, ujungnya bertemu jalan Sutan Syahrir dan di pangkalnya bermuara di Jalan Soekarno Hatta. Dari persimpangan jalannya, setidaknya ada 3 Simpang utama yang strategis dan terkenal yang merupakan bagian dari jalan HAMKA : Simpang Mandiangin Simpang Landbow Simpang Tarok Simpang Mandiangin Pangkal jalan yg bermuara dengan jalan Soekarno Hatta adalah Simpang 4 dimana menghubungkan ke Pasar Bawah dan Pasar Banto, ke Mandiangin sendiri atau ke arah Gulai Bancah menuju Kantor Walikota dan satunya ke arah Tanjung Alam yang  merupakan jalur utama ke Kota Payakumbuh. Simpang Tarok adalah ujung jalan HAMKA yang bertemu Jl. Sutan Syahrir membentuk Simpang Tiga yang menghubungkan ke Pasar Aur Kuning dan ke Lapangan Kantin menuju Pusat Kota Bukit