Skip to main content

Sepuluh Bersaudara yang Bernama Unik

Aku anak ke 10 dari 10 bersaudara yang tersusun jadi 5 pasang bersaudara, karna 5 Laki-laki dan 5 Perempuan. Kakakku yang sulung laki-laki dan Aku yang bungsu Laki-laki, kakak no. 4 dan no.5 Perempuan jadi dalam deretan sepuluh bersaudara ini laki-laki menjadi penjaga di Awal dan akhir.

Bapakku Namanya Usman Effendi dan Ibuku namanya Encum Yulia (Almarhumah) Orangtua yang berbangga dan berbahagia hati karena mempunyai anak yang terlahir selamat dan sehat wal afiat, Alhamdulillah sampai tahun ini 2013 Aku menulis dan menceritakan, 5 pasang atau 10 Bersaudara ini masih lengkap hidup belum ada yang dipanggil sang Khalik.

Bapakku memberi nama anak-anaknya dengan urutan abjad dengan sebelumnya dibubuhi nama keluarga yaitu nama Ibuku “YULIA” memang berbeda dari pakem karena umumnya nama Bapak yang biasanya diimbuhkan, jadi bukannya nama “EFFENDI” nama bapakku yang dibubuhkan di nama-nama kami. Dan membubuhkannya juga keluar lagi dari pakem biasanya nama orangtua itu dibubuhkan di akhir nama anak namun di Kami sebaliknya di awal nama kami.
Inilah deretan Nama-nama Sepuluh bersaudara :
1.       Yulia Agustia (laki)
2.       Yulia Bahagia (Perempuan)
3.       Yulia Charunia (Laki)
4.       Yulia Dunia (Perempuan)
5.       Yulia Emergia (Perempuan)
6.       Yulia Firdausia (Laki)
7.       Yulia Gloria (Perempuan)
8.       Yulia Heppy Oktavia (Laki)
9.       Yulia Intan Kania (Perempuan)
10.   Yulia Junius Sampurna (Laki)
Jadi inilah Sepuluh Bersaudara dengan Nama Keluarga “Yulia” yaitu nama Ibunya, dan urutan Abjad menandai urutan anak yang ke berapa.

Adapun motif pemberian nama-nama anak seperti ini, dari maksud si pembuat namanya yaitu Bapakku ; sederhana, katanya agar memudahkan dalam mengetahui anak yang ke berapa dan dari anaknya siapa, maksudnya siapa induknya alias dari rahim siapa? Karena kata Bapakku beralasan untuk bersiaga kalau Bapak harus berpoligami karena tuntutan status, jadi nanti kalau punya madu dan punya anak, maka anaknya akan dibubuhi nama Ibunya agar jelas membedakannya dari mana asal rahimnya.

Namun ternyata Bapakku tidak berpoligami tetap setia dengan satu istri sampai wafatnya Ibuku di Tahun 1998, dan baru menikah kembali 2 tahun sesudahnya di tahun 2000 jadi sempat membujang 2 tahun lamanya. Sehingga kami justru lebih meyakini nama Ibuku “YULIA” yang dibubuhi di masing-masing namaku adalah sebagai sebuah lambang kesetiaan dan penghormatan atas rasa cintanya Bapakku Kepada Ibuku dan sekaligus penghargaan yang besar pada kaum hawa sehingga beliau tidak egois membubuhkan nama lelakinya, ah aya kuhebat si Abah pikirannana.
(Yulia Junius Sampurna)

Comments

Popular posts from this blog

Jalan HAMKA Bukittinggi

masjid jami tarok sumber foto www.panoramio.com Jalan Prof DR Hamka atau lebih dikenal dengan Jalan HAMKA di Kota Bukittinggi ini panjangnya hanya kurang lebih 2 KM saja, dimana ujung pangkal jalannya bersambung dengan dua jalan utama lainnya, ujungnya bertemu jalan Sutan Syahrir dan di pangkalnya bermuara di Jalan Soekarno Hatta. Dari persimpangan jalannya, setidaknya ada 3 Simpang utama yang strategis dan terkenal yang merupakan bagian dari jalan HAMKA : Simpang Mandiangin Simpang Landbow Simpang Tarok Simpang Mandiangin Pangkal jalan yg bermuara dengan jalan Soekarno Hatta adalah Simpang 4 dimana menghubungkan ke Pasar Bawah dan Pasar Banto, ke Mandiangin sendiri atau ke arah Gulai Bancah menuju Kantor Walikota dan satunya ke arah Tanjung Alam yang  merupakan jalur utama ke Kota Payakumbuh. Simpang Tarok adalah ujung jalan HAMKA yang bertemu Jl. Sutan Syahrir membentuk Simpang Tiga yang menghubungkan ke Pasar Aur Kuning dan ke Lapangan Kantin menuju Pusat Kota B...

Asal Muasalnya Daerah Ampek Angkek

Sebagai orang yang berdomisili di wilayah Ampek Angkek sekaligus peminat sejarah hehe... sehingga saya suka dihadapkan pada kepenasaran akan asal - usul suatu daerah. Dan seperti sudah menjadi kata kunci mendalami suatu sejarah daerah maka pertanyaan mendasarnya adalah kenapa nama daerah ini ampek angkek ? kenapa AGAM ? yuk kita temukan sejarahnya. Adapun sumber referensi sejarah Ampek Angkek ini saya dapati setelah menemukan buku diktat sejarah lapuk yang disusun oleh H. Azwar Dt. Mangiang di kamar kosong rumah mertua saat asik mengureh banyak buku-buku yang sekarang menjadi pelengkap Pustaka Pribadi Saya. Add caption B aiklah langsung kepada cerita sejarahnya  Berawal dari nagari lamo Pariangan  di wilayah Tanah Datar sang datuk Suri Dirajo melihat wilayahnya semakin berkembang dan makmur dipanggilah empat orang pemuka masyarakat di Pariangan tersebut yaitu antaranya ; Si Agam , Si Basa , Si Api dan Si Endah dengan maksud menyuruh ke empat orang pemuka na...

Simpang Tanjung Alam dengan Beberapa Titiknya

Bagi anda yang berdomisili di Kota Bukittinggi dan sekitarnya tentu tidak asing lagi dengan namanya Simpang Tanjung Alam di kawasan Agam Timur, atau bagi anda yang sedang berencana melancong ke Bukittinggi dari arah Pekanbaru maka akan melewati simpang ini yang jaraknya  kurang lebih 3 KM sebelum masuk gerbang kota Bukittinggi. Anda boleh kenali beberapa titik yang bisa anda singgahi sekaligus 'nikmati'. Masjid Nurul Huda Masjid Nurul Huda Masjid ini sangat pas untuk disinggahi para pelancong yang sedang berada dalam perjalanan jalur Pekanbaru - Padang, letaknya memang tidak dipinggir jalan raya sedikit masuk sekitar 100 meter dari simpang empat arah ke kapau,kalau dari arah Padang atau Bukittinggi sebelah kiri posisinya sebaliknya sebelah kanan kalau dari arah Pekanbaru. Masjidnya bagus dan bersih, halamannya cukup luas untuk parkir,  toilet serta tempat wudhunya terawat dan yang terpenting tidak pernah kekeringan air.  Bubur Ayam Bandung Bubur ...