Seorang Pengembara
yang tengah melakukan perjalanan jauh merasa penat
akhirnya dia memutuskan untuk berhenti berleha-leha sejenak di bawah pohon
kelapa.
Angin sepoi dan nyamannya bersandar di batang pohon membuat ia terkantuk hingga tertidur pulas.
Tak disadarinya dari atas pohon ada monyet yang memperhatikannya dan bertingkah iseng dengan melemparkan buah kelapa hingga mengenai kepalanya.
Angin sepoi dan nyamannya bersandar di batang pohon membuat ia terkantuk hingga tertidur pulas.
Tak disadarinya dari atas pohon ada monyet yang memperhatikannya dan bertingkah iseng dengan melemparkan buah kelapa hingga mengenai kepalanya.
Sang Pengembarapun sontak terkejut dan terbangun dilihatnya
ke atas dari arah jatuhnya buah kelapa
nampaklah sang Monyet yang menyeringai
seolah mengejeknya.
Namun Si Pengembara bukannya marah malah tersenyum dan memberi
isyarat rasa terimakasihnya pada sang Monyet.
Lalu dipungutnya buah Kelapa dikupas dan diminum airnya sebagai penghilang dahaga, dimakannya isi kelapannya sebagai obat lapar, dan diambil batoknya untuk bekal wadah serta serabutnyapun turut dimanfaatkan untuk dijadikan isi tikar dan bantalnya.
***
Pesan ilustrasi begitu jelas, sang pengembara mencontohkan sikap yang bijak dalam merespon situasi yang menimpanya, dengan tenang sejenak sehingga memberi kesempatan berpikir mencari hikmah lalu bersabar mengendalikan emosi.
Dengan tenang dibarengi sikap bijak justru si pengembara dapat mengambil hal positif, melakukan introfeksi diri bahwa dirinya telah lalai, dan mengambil hikmah bahwa teguran itu ternyata banyak memberi manfaat. Akhirnya sikap Sabar yang secara arti kata berhenti sejenak telah diamalkan dengan baik oleh si Pengembara itu.
Walau dalam kenyataannya proses membuat Kritik menjadi kripik itu sulit karena perlu ilmu sabar yang mumpuni namun itulah bagian resep jika ingin mencicipi rasanya kue keberuntungan.
Sabar itu berat namun banyak hikmah besar yang didapat.
Intinya kawan meminjam istilah seorang ustadz kondang adalah "Pengendalian diri" .
Lalu dipungutnya buah Kelapa dikupas dan diminum airnya sebagai penghilang dahaga, dimakannya isi kelapannya sebagai obat lapar, dan diambil batoknya untuk bekal wadah serta serabutnyapun turut dimanfaatkan untuk dijadikan isi tikar dan bantalnya.
***
Pesan ilustrasi begitu jelas, sang pengembara mencontohkan sikap yang bijak dalam merespon situasi yang menimpanya, dengan tenang sejenak sehingga memberi kesempatan berpikir mencari hikmah lalu bersabar mengendalikan emosi.
Dengan tenang dibarengi sikap bijak justru si pengembara dapat mengambil hal positif, melakukan introfeksi diri bahwa dirinya telah lalai, dan mengambil hikmah bahwa teguran itu ternyata banyak memberi manfaat. Akhirnya sikap Sabar yang secara arti kata berhenti sejenak telah diamalkan dengan baik oleh si Pengembara itu.
Walau dalam kenyataannya proses membuat Kritik menjadi kripik itu sulit karena perlu ilmu sabar yang mumpuni namun itulah bagian resep jika ingin mencicipi rasanya kue keberuntungan.
Sabar itu berat namun banyak hikmah besar yang didapat.
Intinya kawan meminjam istilah seorang ustadz kondang adalah "Pengendalian diri" .
Comments