Skip to main content

GOLONO



Golono Makananan khas yang nyentrik berbentuk bulat renyah gurih dan tentunya dijamin enak dan nikmat. Golono yang kutahu hanya bisa ditemukan alias cuma beredar di kawasan desa Wilanagara dan sekitarnya saja,sehingga memang begitu ekslusifnya Golono ini.

Dari namanya sendiri memang terasa aneh dan kuno, mungkin inilah nama khas dan unik  yang  bisa jadi berasal dari kata GELENE bahasa asli setempat sunda khas Wilanagara, suatu kata yang menunjukan ukuran pada makanan biasanya pada potongan daging , Sagelene, dua gelene daging, tiga gelene dan seterusnya. Dan tidak hanya  soal namanya  Golonopun sungguh unik lagi dari sisi bahan karena bahan dasarnya murah dan sederhana sekali hanya dari ampas tahu yang diolah dengan bumbu secukupnya lalu dicelupkan dalam adonan tepung beras seperti membuat gorengan pisang atau tempe mendoan, setelah itu gorenglah dengan minyak yg sudah panas tunggu masak dan jadilah Golono yang renyah, gurih dan lezat.

Golono memang makanan rakyat yang  tidak memperhatikan dari sisi gizi namun semata-mata suatu kreasi masakan yang mengutamakan dari sisi rasa, murah, dan tentunya peningkatan manfaat ampas Tahu yang biasanya jadi makanan ternak ternyata bisa juga diolah menjadi gorengan teman sorabi bahkan jadi lauk yang lezat dimakan dengan nasi dan lauk pauk yang lainnya, hmm..maknyus euy...

Golono  makanan merakyat  ,walau sedikit kandungan gizi karna terbuat dari Ampas, namun makanan murah meriah ini adalah Insfirasi makanan Alternatif kreatifitas dari kearifan lokal yang simpel namun punya cita rasa gurih renyah dan lezat. Sebagai salah satu masakan Favoritku rasanya layak saya menganjurkan kepada anda jika suatu saat berkunjung ke Luragung kecamatan di sebelah timur  Kabupaten Kuningan tanyakan nama Desa Wilanagara dan cicipilah Golono, dan harapanku Golono ini bisa diperluas pasarnya agar semakin banyak orang yang bisa menikmati kelezatannya.
GOLONO SAPIRING
-Adin Sampurna Wilanagara-

Comments

golono hanet keneh, kabita euy...
Haaaa*...iseng blogging, nemu artikel ini. Jadi inget kampung halaman oge..salam wilkid kang...heee*
Haturnuhun lur...mugia bagja salawasna dimana ayana...

Popular posts from this blog

Simpang Tanjung Alam dengan Beberapa Titiknya

Bagi anda yang berdomisili di Kota Bukittinggi dan sekitarnya tentu tidak asing lagi dengan namanya Simpang Tanjung Alam di kawasan Agam Timur, atau bagi anda yang sedang berencana melancong ke Bukittinggi dari arah Pekanbaru maka akan melewati simpang ini yang jaraknya  kurang lebih 3 KM sebelum masuk gerbang kota Bukittinggi. Anda boleh kenali beberapa titik yang bisa anda singgahi sekaligus 'nikmati'. Masjid Nurul Huda Masjid Nurul Huda Masjid ini sangat pas untuk disinggahi para pelancong yang sedang berada dalam perjalanan jalur Pekanbaru - Padang, letaknya memang tidak dipinggir jalan raya sedikit masuk sekitar 100 meter dari simpang empat arah ke kapau,kalau dari arah Padang atau Bukittinggi sebelah kiri posisinya sebaliknya sebelah kanan kalau dari arah Pekanbaru. Masjidnya bagus dan bersih, halamannya cukup luas untuk parkir,  toilet serta tempat wudhunya terawat dan yang terpenting tidak pernah kekeringan air.  Bubur Ayam Bandung Bubur Ayam B

Legenda Wilanagara

Tugu Gerbang Puser Dayeuh. ( sumber foto:Asep Sudiana ) Wilanagara adalah sebuah nama desa yang terletak di timur kawasan Jawa Barat, atau tepatnya desa yang berada di wilayah pemerintahan kecamatan Luragung kabupaten Kuningan. Membahas sebuah tempat ada yang menarik biasanya adalah mengenai asal-usul namanya, yang biasanya berlatar belakang sejarah legenda atau mitos dari cerita orangtua dahulu yang terkadang dihubung-hubungkan supaya terdengar nyambung tak jauh dari namanya yang kadang secara ilmiah dari fakta sejarahnya tidak ada hubungannya, namun walau begitu legenda merupakan hasil budaya yang perlu juga untuk diapresiasi karena sebetulnya sarat  pesan dan symbol untuk memberi motivasi dan warna hidup suatu masyarakat atau  setidaknya bisa jadi dongeng untuk " ngabobodo anu Cengeng " istilah Sundanya. begitupun dengan nama Wilanagara bagaimana sejarahnya seperti apa asal-usulnya?  Asal-usul Wilanagara menurut beberapa Sumber bahwa dahulu  namanya adal

Jalan HAMKA Bukittinggi

masjid jami tarok sumber foto www.panoramio.com Jalan Prof DR Hamka atau lebih dikenal dengan Jalan HAMKA di Kota Bukittinggi ini panjangnya hanya kurang lebih 2 KM saja, dimana ujung pangkal jalannya bersambung dengan dua jalan utama lainnya, ujungnya bertemu jalan Sutan Syahrir dan di pangkalnya bermuara di Jalan Soekarno Hatta. Dari persimpangan jalannya, setidaknya ada 3 Simpang utama yang strategis dan terkenal yang merupakan bagian dari jalan HAMKA : Simpang Mandiangin Simpang Landbow Simpang Tarok Simpang Mandiangin Pangkal jalan yg bermuara dengan jalan Soekarno Hatta adalah Simpang 4 dimana menghubungkan ke Pasar Bawah dan Pasar Banto, ke Mandiangin sendiri atau ke arah Gulai Bancah menuju Kantor Walikota dan satunya ke arah Tanjung Alam yang  merupakan jalur utama ke Kota Payakumbuh. Simpang Tarok adalah ujung jalan HAMKA yang bertemu Jl. Sutan Syahrir membentuk Simpang Tiga yang menghubungkan ke Pasar Aur Kuning dan ke Lapangan Kantin menuju Pusat Kota Bukit