Skip to main content

Selamat Datang Sandal Japit

Swalow Ceplek
Judul ini terbersit waktu aku lihat ada sandal capit jelek nan lepek  yang dibubuhi tulisan “Biar Jelek Milik Pribadi” di depan pintu kantor  tempat kerjaku diantara barisan sandal dan sepatu lainnya  yang  disambut keset  muka pintu bertuliskan “welcome”. Sehingga pemandangan itu menurutku terasa unik dan menggelitik.

Kalimat biar jelek milik sendiri atau milik pribadi bagi sebagian kita bukan hal yang baru dijumpai, karna  aku pribadi sebelumnya pernah juga membaca dan menemukan dibeberapa tempat dalam bentuk stiker yang ditempel di Helm, di Space board motor, di cermin, hingga di pintu kamar bahkan rumah sekalipun. Seolah memberi kesan dan pesan benda atau barang yang bermerk “ itu “adalah benda teraniaya bahan  cercaan yang berubah garang dengan kalimat pengakuan akan kenyataan”Elek yo ben, Biar Jelek yang penting milik Sendiri.” 

Pengakuan akan kenyataan atau sikap blak-blakan terkadang memang diperlukan untuk dimunculkan sebagai counter akan paradigma kepura-puraan yang semu dalam kehidupan kita. Karena kita masih merasakan diri dan masyarakat kita umumnya masyarakat yang berparameter cangkang yang menilai seseorang pada penampilannya, yang menyandarkan pandangan pada kemasannya, Sehingga wajar kalau masyarakat kita suka mementingkan gaya akibatnya menjadi masyarakat konsumtif, sehingga lebih jauhnya kalau sudah materialisme ya wajar obsesi hidupnya adalah duniawi, maka sebagian dari masyarakat kita ada yang menjadi gelap mata harus menjadi pencuri, penipu, sampai koruptor.

Melihat dari kenyataan itu rasanya tak salahnya kita maknai pesannya dari kalimat “Biar jelek milik pribadi” itu, mudah-mudahan kalimat yang terkesan blak-blakan itu bukan sekedar pernyataan prustasi akan kenyataan hidup belaka, tapi semangatnya adalah kepercayadirian, keterbukaan, dan tentunya kejujuran. Bukankah ketika kita percaya akan diri kita dan bangga akan sesuatu yang kita punya walaupun sederhana bahkan seadanya, itu sudah langkah awal kita  bersyukur atas karunia Tuhan? Dan sebaliknya segala topeng  kebobrokan, kepura-puraan sehingga menjadi kesia-siaan hidup akibat turunnya kadar rasa syukur bahkan kufur akan karunia tuhan.

Sehingga paradigma kita dalam melihat sesuatu seharusnya jangan terkecoh pada penampilan, gaya, aksesoris dan segala tetek bengek embel-embel dunia lainnya. Karena satu lagi spirit kita adalah bahwa semua kita sama yang terpenting bukan pada casing apalagi kedok tapi lebih melihat  isi, bahkan ada yang lebih dalam lagi mengatakan yang terpenting itu hatinya, dan bukankah dalam pandangan Tuhan semua kita ini sama yang membedakan derajat kemuliaan hanyalah  ketaqwaan saja?

Maka sekali lagi mari kita apresiasi,kita sambut dan layani semuanya tanpa pandang bulu, tanpa membedakan status selagi mereka manusia dan mahluk tuhan yang mencintai persaudaraan dengan suatu kalimat sambutan setulus-tulusnya “Selamat datang Sandal Capit” di rumah kita, kantor, Masjid, di mana saja  bahkan sampai ke Istanapun.  (Adin)

**Special buat tempat kerjaku yang  mulai membenahi kesamaan pelayanan antara Muzaki dan Mustahik.

Comments

Popular posts from this blog

Asal Muasalnya Daerah Ampek Angkek

Sebagai orang yang berdomisili di wilayah Ampek Angkek sekaligus peminat sejarah hehe... sehingga saya suka dihadapkan pada kepenasaran akan asal - usul suatu daerah. Dan seperti sudah menjadi kata kunci mendalami suatu sejarah daerah maka pertanyaan mendasarnya adalah kenapa nama daerah ini ampek angkek ? kenapa AGAM ? yuk kita temukan sejarahnya. Adapun sumber referensi sejarah Ampek Angkek ini saya dapati setelah menemukan buku diktat sejarah lapuk yang disusun oleh H. Azwar Dt. Mangiang di kamar kosong rumah mertua saat asik mengureh banyak buku-buku yang sekarang menjadi pelengkap Pustaka Pribadi Saya. Add caption B aiklah langsung kepada cerita sejarahnya  Berawal dari nagari lamo Pariangan  di wilayah Tanah Datar sang datuk Suri Dirajo melihat wilayahnya semakin berkembang dan makmur dipanggilah empat orang pemuka masyarakat di Pariangan tersebut yaitu antaranya ; Si Agam , Si Basa , Si Api dan Si Endah dengan maksud menyuruh ke empat orang pemuka na...

Jalan HAMKA Bukittinggi

masjid jami tarok sumber foto www.panoramio.com Jalan Prof DR Hamka atau lebih dikenal dengan Jalan HAMKA di Kota Bukittinggi ini panjangnya hanya kurang lebih 2 KM saja, dimana ujung pangkal jalannya bersambung dengan dua jalan utama lainnya, ujungnya bertemu jalan Sutan Syahrir dan di pangkalnya bermuara di Jalan Soekarno Hatta. Dari persimpangan jalannya, setidaknya ada 3 Simpang utama yang strategis dan terkenal yang merupakan bagian dari jalan HAMKA : Simpang Mandiangin Simpang Landbow Simpang Tarok Simpang Mandiangin Pangkal jalan yg bermuara dengan jalan Soekarno Hatta adalah Simpang 4 dimana menghubungkan ke Pasar Bawah dan Pasar Banto, ke Mandiangin sendiri atau ke arah Gulai Bancah menuju Kantor Walikota dan satunya ke arah Tanjung Alam yang  merupakan jalur utama ke Kota Payakumbuh. Simpang Tarok adalah ujung jalan HAMKA yang bertemu Jl. Sutan Syahrir membentuk Simpang Tiga yang menghubungkan ke Pasar Aur Kuning dan ke Lapangan Kantin menuju Pusat Kota B...

Legenda Wilanagara

Tugu Gerbang Puser Dayeuh. ( sumber foto:Asep Sudiana ) Wilanagara adalah sebuah nama desa yang terletak di timur kawasan Jawa Barat, atau tepatnya desa yang berada di wilayah pemerintahan kecamatan Luragung kabupaten Kuningan. Membahas sebuah tempat ada yang menarik biasanya adalah mengenai asal-usul namanya, yang biasanya berlatar belakang sejarah legenda atau mitos dari cerita orangtua dahulu yang terkadang dihubung-hubungkan supaya terdengar nyambung tak jauh dari namanya yang kadang secara ilmiah dari fakta sejarahnya tidak ada hubungannya, namun walau begitu legenda merupakan hasil budaya yang perlu juga untuk diapresiasi karena sebetulnya sarat  pesan dan symbol untuk memberi motivasi dan warna hidup suatu masyarakat atau  setidaknya bisa jadi dongeng untuk " ngabobodo anu Cengeng " istilah Sundanya. begitupun dengan nama Wilanagara bagaimana sejarahnya seperti apa asal-usulnya?  Asal-usul Wilanagara menurut beberapa Sumber bahwa dahulu  nam...