Skip to main content

Posts

Showing posts from 2013

Kembali Murtad

Seorang Kyai sepuh disebuah pesantren senang sekali menceritakan kisah berikut ini sebagai pesan kepada para santri yang akan dilepasnya  terjun kemasyarakat. : Ada dua orang yang hidup bertetangga yang rukun dan damai, keduanya terkenal akrab, kompak, saling membantu, saling toleransi satu sama lainnya walau mereka sebenarnya berbeda keyakinan yang satu muslim dan yang satunya non muslim katakanlah Nasrani . sumber gambar www.centrisftuii.com    Lama waktu berjalan dari kedekatan dan keterbukaannya berinteraksi, kadang sampai berdiskusi mengenai keyakinan  masing-masing sehingga  pada akhirnya si Nasrani semakin  tertarik dan simpati dengan kebaikan dan ketulusan tetangganya yang Muslim, sekaligus penasaran dengan agama Islam yang sering didengarnya dari tetangganya itu. Akhirnya si Nasranipun menyatakan dirinya ingin masuk Islam, dengan senang hati si tetangganya yang muslimpun mengislamkannya, si Muslim ini merasa bahagia karena tetangganya sekarang sudah menjad

LELAKI MISTERI DI TEPI TELAGA DEWI

Siapakah yang punya pengalaman misteri di puncak  Gunung Singgalang? Sepertinya mungkin baru aku, atau ada beberapa diantara para pendaki yang pernah mendengar, melihat, atau bahkan berjumpa sesosok lelaki di tepi Telaga Dewi dalam temaram sinar rembulan di kawasan puncak Gunung Singgalang . ************** 👉WUJUDKAN  KLINIK CUCI DARAH GRATIS UNTUK DHUAFA Kami bertiga akhirnya sudah sampai puncak Singgalang. “Jam 1.30  “ Ucapku  dengan napas tersenggal “wuih ternyata udah sampai nih, Telaga Dewi ” sambung Kenyud  sambil menjerembabkan bokong di antara lintangan akar dan pohonan lapuk yang sudah rebah. Kenyud dan aku tampak kepayahan, beda dengan Meeng yang seperti sudah terbiasa dan sudah hapal betul medan gunung ini. “Eng, berarti kita udah sampai nih..?” imbuh Kenyud lagi sambil menenggak botol air mineral. Yang ditanya hanya tersenyum dan mengangguk-angguk saja sambil menurunkan kerir yang nemplok  menjulang dari punggungnya. Kenyud, Meeng, dan aku Kunyan adal

Ekspedisi Qurban 1434H

MISI MEMBAWA PESAN UKHUWAH ISLAMIYAH UNTUK SAUDARA KITA DI PELOSOK NAGARI Hari Raya Qurban tentunya senantiasa menjadi moment yang berkesan bagi kita, pun kami para pegawai, Mitra dan relawan PKPU yang merasakan hal yang sama yang telah bergulat hampir sebulan lebih dalam serangkaian prosesi pelaksanaan program ibadah qurban. Alhamdulillah, untuk Program Qurban tahun 1434 H di tahun ini, kami bersyukur atas izin Allah secara keseluruhan telah berjalan dengan sukses tanpa menemui banyak kendala dan hambatan yang berarti  dan tentunya tak lupa  berterimakasih ke berbagai pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam program sebar qurban ke nagari ini. Dari mulai masa persiapan sebulan sebelum qurban kami mengusung suatu slogan “Kutunggu Qurbanmu”, slogan ini sengaja dipilih dengan harapan  bisa mengusik kesadaran kita semua, suatu kalimat yang mewakili pesan dari masyarakat di suatu tempat tertentu, kawasan tertentu, dari lapisan masyarakat tertentu, di daerah minus, di kawas

LAMUNAN PANJANG DI DANGAU KAWA

Menjelang senja dalam panorama pegunungan yang damai, keteduhan Merapi dan Singgalang menyejukan pandangan mata yang melihatnya. Aku sengaja menepi dan singgah di sebuah lapau berbentuk  dangau. 2,5 jam perjalan dari Padang sebenarnya tak terlampau melelahkan, namun lapau ini, dan panorama pegunungan sore di kawasan aia angek , berat hati untuk tidak disinggahi, sepiring lamang sikaladi dan kopi kawa daun dengan wadah tempurung hitam nan anggun menjadi nostalgia tersendiri. “Jadi terbuat dari daun kopi ya mak,?” tanyaku heran dan menyelidik suatu ketika . Kopi daun adalah warisan  kegetiran hidup orang tua dahulu, saat jaman diberlakukan tanam paksa oleh penjajah Belanda, kaum pribumi yang sejatinya pemilik lahan, ironisnya hanya menjadi buruh bahkan untuk menikmati kopi hasil kerjanya, di negrinya, di tanah airnya sangat sulit, karena buah kopi tidak disisakan oleh para penjajah yang serakah. Maka terciptalah awal kreasi kopi daun itu begitu menurut Mak Zon saat sama-sa

Iwan Abdulrachman "Musisi Alam"

Seorang musisi senior dari Bandung yang lagu-lagu baladanya lekat dengan tema alam dan kelestariannya, terang saja karena pria yang beken dipanggil abah ini adalah seorang pecinta alam sejati sekaligus  salahsatu dedengkotnya di klub Pencinta Alam tersohor dari Bandung yaitu Wanadri. Bagi remaja baheula tentu pernah dengar lagu yang dipopulerkan oleh Bimbo yaitu Melati dari Jaya giri, atau Burung Camar oleh  Vina Panduwinata. itulah diantaranya dari sekian banyak  lagu karya Abah yang luar biasa populernya di zamannya. Terlahir dengan nama Ridwan Armansjah Abdulrachman di Sumedang Jawa barat tahun 1947.Dan di usianya yang sudah mendekati kepala 7 Abah Iwan Abdurahman masih aktif dengan kegiatan olahraga yang membutuhkan fisik yang kuat seperti mendaki gunung, bersepeda, bahkan beladiri. Abah Iwan adalah salah satu sosok yang infiratif dimana sosok pribadinya yang enerjik yang senantiasa mengkampanyekan untuk peduli alam dengan anjuran untuk menghormati hutan, menanam poho

Mempersiapkan Diri untuk Mudik Hakiki

sumber gambar www.bintang.com Sudah menjadi fenomena tahunan menjelang lebaran di negeri kita pasti akan disibukkan dengan urusan mudik. Lihat siaran di televisi, tengok berita di koran, sampai basa-basi teman dan saudara tidak lepas dari kalimat, “Lebaran ini mudik tidak? Sudah pesan tiket pulang?” Kini mudik seolah sudah menjadi urusan setiap orang. Bahkan menurut pernyataan salah seorang tokoh nasional fenomena gelombang mudik hari raya Idul Fitri ini seperti memindahkan penduduk Negeri Jiran keluar dari wilayah negaranya. Betapa dahsyatnya yang tergambarkan hitungan perpindahan masyarakat dari kota seperti Jakarta yang pulang ke masing-masing kampung asalnya, hal ini juga yang menjadi urusan besar dan merepotkan pemerintah negeri ini setiap tahunnya. Terlepas dari permasalahan di atas, mudik itu setidaknya menjadi hal yang penting. Bagi  setiap orang yang sedang merantau, mudik memang suatu kata yang menyentuh rasa dan mengugah pikiran. Hal tersebut wajar setiap insan punya

Sepuluh Bersaudara yang Bernama Unik

Aku anak ke 10 dari 10 bersaudara yang tersusun jadi 5 pasang bersaudara, karna 5 Laki-laki dan 5 Perempuan. Kakakku yang sulung laki-laki dan Aku yang bungsu Laki-laki, kakak no. 4 dan no.5 Perempuan jadi dalam deretan sepuluh bersaudara ini laki-laki menjadi penjaga di Awal dan akhir. Bapakku Namanya Usman Effendi dan Ibuku namanya Encum Yulia (Almarhumah) Orangtua yang berbangga dan berbahagia hati karena mempunyai anak yang terlahir selamat dan sehat wal afiat, Alhamdulillah sampai tahun ini 2013 Aku menulis dan menceritakan, 5 pasang atau 10 Bersaudara ini masih lengkap hidup belum ada yang dipanggil sang Khalik. Bapakku memberi nama anak-anaknya dengan urutan abjad dengan sebelumnya dibubuhi nama keluarga yaitu nama Ibuku “YULIA” memang berbeda dari pakem karena umumnya nama Bapak yang biasanya diimbuhkan, jadi bukannya nama “EFFENDI” nama bapakku yang dibubuhkan di nama-nama kami. Dan membubuhkannya juga keluar lagi dari pakem biasanya nama orangtua itu dibubuhkan di akhi

Negeri Tanpa Coet #2

Ternyata urusan membuat sambel dengan kreasi rasa, model, dan resepnya, serta mengupayakan tersaji dengan fresh itu memberikan suatu gambaran ilham agar tidak membiasakan dan membuadyakan cara instans dalam diri kita, keluarga kita, dan masyarakat kita. Karena yang serba instan itu akan menjadi candu atau zat adiktif yang bisa berefek jelek akhirnya. Maka budaya kreatif dan melakukan upaya berproses itu jangan dihilangkan seperti mengulek yang merupakan warisan nenek moyang ini sangatlah bagus untuk dipertahankan. Karena tetep bagi saya yang hobby makan, (makan koq hobby..) ya selalu kangen dengan berbagai resep sambal sebagai pelangkap hidangan makan.  Negeri tanpa coet ini memang dari realita yang saya temukan tapi bukan ingin menohok budaya dari komunitas tertentu, tapi lebih pada perlamabang yang saya rasakan dan saya rindui kebiasaan berproses yang harus kita dan bangsa ini miliki, karna bangsa ini terlanjur dimanjakan alam yang sangat kaya dan sangat bersahabat, musim y

Minangkabau dalam sajakku

C Minangkabau   #1 Ranah Gunung..Ngarai..Sungai..Lembah..dan Danau. Panorama Merapi..Singgalang..Sianok..singkarak..Maninjau. Dan terpukau ku saat ini,, Lembah Harau.. (adin/ Payakumbuh 2011 ) Minangkabau #2 Menjelmaku dalam Legenda tambo Yang kudaki ke Merapi, Mencari tapak-tapak jejak yang kian menanjak. Memburu lakon,    Bertanya pada Cati bilang pandai , Dibimbing Kucing Siam dan Kambing Hutan Diarahkan Anjing   Mualim, Dalam laga bersama   Harimau Campa.. Di puncak   di dalam klimaksnya,    Kisah hanyalah masa silam Yang tenggelam dalam larut malam Mengikuti sayup-sayup saluang   Pergi bersama mitologi Yunani.  (adin/ Surau Laut Panampung ) MINANGKABAU #3 Memakna sejarah.. Di ranah merah luhak nan tangah Ke arah mudik dipunggung bukik Bukit Barisan… Harimau nan Salapan… “menyikat k arat..memahat semangat..” Tuanku, tuanku, tuanku… Titahkan titihkan padaku, “Syarak dinaikan,.. Adaik diturunkan